senampan joda di jeda
/1/
widodo meraba
datar saja
bla-bla-bla
kaca rata, patah kata
bata gagap, gagal tata
/2/
kinjeng njengking
di sisi kiri kijing.
dari tubuh busukku
yang baru diurug
merangkak suara serak
parau melawat surau
lalu berarak ke bekas barakku
(mengeruk kerak dan sengak):
“Apalagi kini kumiliki, oh, apalagi.
Tidak kau. Tidak juga aku.
Namun aku, milikmu.”
Nologaten-Timoho, 29-30 Januari 2011
buluh belah
/1/
meski tarifmu senyawaku
aku tetap memesanmu
tidak di sarkem, di paris, atau di simpang umbulharjo
tapi di makam imogiri.
kau ngangguk. aku girang. kau bilang:
“oke. kutunggu di hotel syahid. kamar 112.
mas, aku pakai blus sutra tipis warna cahaya, ya.”
/2/
jam perjanjian datang.
namun di depanmu
ketika pelan-pelan kau lepas blus dan kutangmu
dan kau gigit bibirmu genit
dan kau remas gemas payudaramu:
aku cemas
aku buyar
pandangku padat dengan kelebat dua, tiga, empat
lima, enam, tujuh bidadari yang menari bugil
mataku mengintai aduhai mereka
mulutku melumut di tubuh mereka
“maaf. belum mampu kusobek pepekmu siang ini. maaf.”
/3/
“mas, besok pagi aku mampir di hotel saphir.
kita masih bisa bermesra di pinggir jalan adisutjipto,”
bisikmu manis, sebelum aku kabur dari kamarmu.
wisma tan panama, 30 Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam