pada umumnya, kita bermimpi untuk hidup kaya raya. dengan kekayaan itu, kita bisa membeli apa saja. makanan lezat sebanyak2nya. pakaian fashionable. rumah mewah. mobil mahal. bahkan, kebahagiaan. dengan kekayaan itu pula, kita dapat menunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah figur sukses, sehingga khalayak ramai memberi penghargaan tinggi kepada kita. kita bermimpi hidup kaya raya pada awalnya dan pada akhirnya untuk menonjolkan eksistensi pribadi. sebab, tidak ada yang diperoleh orang miskin dari khalayak kecuali hinaan, juga sekilas dan sedikit rasa iba yang dipertunjukkan dengan cara menyakitkan hati.
sebegitu besarnya mimpi untuk hidup kaya raya itu sampai2 kita melakukan tindakan2 absurd untuk mewujudkannya. misalnya, rakyat jelata mencuri, pemimpin korupsi. subtansinya sama: mengambil apa yang bukan haknya. karena bermimpi secara melampaui batas untuk hidup kaya raya itulah seorang pemimpin gagal melunasi amanah kepemimpinan. dia gagal menjadi pemimpin karana hatinya penuh dengan ambisi duniawi. dia gagal menjadi pemimpin karena gagal eling, eling asale, eling baline. dia lupa jati dirinya.
saya rasa, inilah topik yang direnungi para guru.
baginda syuaib menjalankan misi profetik untuk mengingatkan bangsa madyan tentang korupsi yang mereka biasa lakukan dalam lapangan perdagangan. bagi bangsa madyan, korupsi itu lumrah dan dianggap benar2 saja. saat berjual beli, kebanyakan pedagang madyan mencuri timbangan. mereka kapitalis, dan kapitalisme mereka adalah kapitalisme jahat--manalah ada kapitalisme yang baik (!). mereka mengambil apa yang bukan haknya untuk memperoleh sebanyak2nya keuntungan dan sebesar-besarnya kekayaan.
baginda musa memperingatkan hartawan karun untuk menjalankan kewajiban berbagi, tetapi peringatan itu ditolak. mimpi karun untuk hidup kaya raya telah tercapai memang, tetapi mimpi itu ternyata menggelembung. setelah kaya raya, dia ingin lebih dan lebih kaya lagi. berbagi artinya mengurangi jumlah kekayaan, suatu pantangan bagi karun.
baginda isa mengkritik ulama yahudi yang menjual agama demi mewujudkan mimpi hidup kaya raya. perdagangan keji itu menyebabkan mereka menghalalkan apa yang haram dan mengharamkan apa yang halal. karena itulah, baginda isa juga datang untuk menjelaskan kembali mana yang sesungguhnya halal, mana pula yang sejatinya haram. tidak hanya mengkritik ulama yahudi yang melakukan perdagangan keji, baginda isa konon gemar berlaku tirakat. berpuasa adalah adatnya. beliau terbiasa menjaga jarak dari kenyang, apalagi kekenyangan. saya pikir, itu dilakukannya selain untuk berempati kepada mereka yang lapar, juga untuk mengondisikan diri sedemikian rupa sehingga beliau dapat memberi teladan sebagai pemimpin yang amanah, dalam arti pemimpin yang tidak punya ambisi duniawi.
baginda muhammad melangkah di trayektori yang sama dengan baginda syuaib, musa, dan isa. sebelum dilantik sebagai rasul, beliau terkenal sebagai pedagang jujur. tidak pernah mencuri. tidak pernah mengambil apa yang bukan haknya. saya yakin, beliau tidak bermimpi hidup kaya raya. jika baginda rasul bermimpi demikian, masyarakat mekah tidak menjulukinya sebagai al-amin, pribadi yang dapat dipercaya. siapa yang bermimpi hidup kaya raya, berpotensi tergoda berlaku curang. baginda rasul tidak curang. beliau berkata, cinta dunia adalah pangkal semua kesalahan. ambisi duniawi adalah asal-usul segala dosa. gaya hidupnya sederhana. bantal tidurnya hanya pelepah kurma. makan ketika lapar, berhenti makan sebelum kenyang. sering berpuasa karena tidak ada makanan di dapurnya. kadang menyelipkan batu di antara ikat pinggang dan celananya, untuk mengurangi rasa lapar dan mencegah sakit pencernaan yang diakibatkannya. shalawat salam baginya tercurah selalu...
setelah dilantik sebagai rasul, keras sekali beliau mengkritik perilaku gila dunia bangsawan dan hartawan mekah. saksinya adalah surat al-takatsur, surat al-humazah, dan surat al-maun, ketiganya diturunkan di mekah. berikut terjemahannya.
bermegah-megahan telah melalaikan kamu (1) sampai kamu masuk ke dalam kubur (2). sekali-kali tidak! kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu) (3). sekali-kali tidak! sekiranya kamu mengetahui dengan pasti (4). niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahim (6), kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan kepala sendiri (7), kemudian kamu akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah itu). (Q.S. al-takatsur: 1-7)
celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela (1) yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya (2). dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya (3). sekali-kali tidak! pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka) hutamah (4) dan tahukah kamu apakah (neraka) hutamah itu? (5) (yaitu) api (azab) allah yang dinyalakan (6), yang (membakar) sampai ke hati (7) sungguh, api itu ditutup rapat atas (diri) mereka (8) (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang. (Q.S. al-humazah: 1-9)
tahukah kamu (orang) yang tidak percaya akan adanya hari pembalasan? (1) itulah orang yang menghardik anak yatim (2) dan tidak mendorong memberi makan orang miskin (3). celakalah orang yang bersembahyang (4), (yaitu) orang-orang yang lalai dalam sembahyangnya (5), yang berlaku pamer (6), dan enggan (memberikan) bantuan (7). (Q.S. al-maun: 1-7).
tidak ada keterangan spesifikasi bantuan yang dirujuk oleh ayat ke-7 surat al-maun di atas. maka, tafsirnya pun bermacam-macam, bisa bantuan pikiran, bantuan tenaga, bisa pula bantuan finansial. bantuan yang paling nyata dan paling terasa adalah bantuan finansial. itu artinya, masih mengandung kebenaran apabila kita menafsirkan 'bantuan' dalam ayat tersebut dengan 'berbagi'. memang, biasanya orang yang enggan berbagi cenderung suka pamer. itulah barangkali sebabnya mengapa surat ini menggandengkan keengganan berbagi dengan perilaku pamer yang merupakan ciri konkret dari kelalaian dalam bersembahyang, ibadah vertikal yang sifatnnya individual dan esoteris.
surat al-maun mengisyaratkan, manusia yang bersembahyang itu ada dua macam.
pertama, orang sembahyang yang tidak lalai dalam sembahyangnya. dia berdoa dengan tulus dan sungguh2. ciri-ciri keseharian dari pensembahyang tipe ini adalah (1) tidak menghardik anak yatim, (2) mendorong orang banyak untuk memberi makan kaum miskin--tentu dia punya kebiasaan untuk memberi makan kaum miskin, tanpa kebiasaan itu dorongannya yang berupa kata-kata tidak efektif, (3) tidak pamer, dan (4) gemar berbagi, senang menolong. jadi, kita bisa berkata bahwa siapa yang menghardik anak yatim, dia sesungguhnya belum bersembahyang, walaupun tampak rajin dan rutin mengunjungi rumah ibadah menjalankan formalitas ritual. siapa tidak memberi makan kaum miskin, padahal dia berkelebihan uang dan makanan, sesungguhnya belum bersembahyang. siapa pamer, sesungguhnya belum bersembahyang. siapa yang tidak gemar, lebih-lebih enggan, berbagi dan menolong sesungguhnya belum bersembahyang.
kedua, orang sembahyang yang lalai dalam sembahyangnya. ciri-ciri keseharian manusia tipe ini berkebalikan dari tipe pertama. kalau ada anak yatim, baik yang dipapasinya di jalan maupun yang mengetuk pintu rumahnya untuk minta bantuan, dia menghardik anak yatim tersebut. dia berpikir, si gelandangan eksistensial bakal menyusahkannya. menurutnya, dia tidak memperoleh upah apa pun dengan menolong anak yatim itu. dia tidak memberi makan kaum miskin, apalagi mendorong khalayak untuk memberi makan orang-orang miskin. dia merasa, kaum miskin tidak punya hak apa pun atas kekayaan yang dimilikinya. segala harta yang dikumpulkannya buah dari tetesan keringatnya sendiri. dalam pandangannya, memberi makan orang miskin yang bukan siapa-siapanya adalah tindakan yang tak tercerna akal. dia suka pamer, bukan hanya pamer sembahyangnya dan kesalehannya, tetapi juga pamer kekayaannya, jabatannya, anak istrinya, kerabat sahabat kenalannya, prestasinya, gelarnya, dan lain-lain. meskipun suka memamerkan segala rupa pencapaian duniawinya, dia enggan berbagi. dia enggan menolong orang lain yang sungguh-sungguh kesusahan dengan kekayaan, jabatan, dan koneksinya. pendek kata, bagi golongan sosial rendahan, perilakunya benar2 bikin hati sakit.
kenapa manusia tipe kedua ini sampai berperangai begitu? sebabnya yang pokok adalah bahwa dia tidak percaya akan adanya hari pembalasan, suatu fragmen dari hari akhir. dia berpikir, dia tidak akan dihukum karena menghardik anak yatim, karena lupa dengan saudaranya yang miskin dan kelaparan, karena pamer, dan karena enggan berbagi. bahkan, dia berpikir bahwa hari akhir itu nonsens, mitos belaka. setelah mati, manusia tidak akan dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya ketika hidup di dunia. menurutnya, kematian adalah akhir kehidupan, bukan transisi menuju kehidupan berikutnya yang kekal. bersandar pada prasangka eksistensial ini, dia hidup secara bebas. sebab, atas tindakannya yang aniaya, dia tidak bakal dihukum, paling banter dihukum di dunia, itu pun jika ada undang2nya dan jika aparat pengadilan tidak ngiler dengan duit sogokan. kalau hukum murah harganya, mudah saja dia terbebas dari hukuman institusional atas dosa sosialnya.
demikian kira2 makna surat al-maun, satu dari tiga surat--di antara sekian banyak surat--dalam al-quran yang menjadi saksi bahwa baginda muhammad mengkritik keras perilaku gila dunia bangsawan dan hartawan mekah. mereka terkena penyakit gila dunia terutama karena tidak percaya dengan hari pembalasan, hari akhirat, sehingga berlaku sewenang-wenang dan bermimpi hidup kaya raya secara melampaui batas. hidup hanya sekali, karena itu hiduplah secara kaya raya. hidup hanya sekali, karena itu nikmatilah kekayaan yang diperoleh selagi hidup, untuk memuaskan kepentingan dan keinginan pribadi saja. hidup hanya sekali, karena itu kebahagiaan hanyalah kebahagiaan di dunia. setelah kematian, tidak ada apa-apa lagi. maka, bersenang-senanglah, berfoya-foyalah, bermewah-mewahlah, dan bermegah-megahlah selagi kau punya kekayaan berlimpah. berkenyang-kenyang dan berlezat-lezatlah dalam makan ketika mimpimu untuk hidup kaya raya tercapai.
kita tahu, makna surat ini dihayati betul oleh KH ahmad dahlan, pendiri muhammadiyah. tampaknya, dengan mendirikan muhammadiyah, beliau ingin meneladani dan mengajak orang lain untuk meneladani gaya hidup baginda muhammad, antara lain dengan mengamalkan kandungan surat al-maun. beliau bermaksud meneladani baginda muhammad dalam hal tidak berambisi duniawi. KH ahmad dahlan secara organisasional mengajak orang lain untuk memuliakan yatim, memberi makan kaum miskin, tidak pamer, berbagi, ringan tangan, percaya akan hari akhir, dan pada puncaknya: beribadah dengan ikhlas. itu sebabnya, kenapa rumah sakit-rumah sakit muhammadiyah diberi nama pku, singkatan dari 'pertolongan' kesengsaraan umum. itu pula sebabnya, kenapa secara organisasional KH ahmad dahlan mewariskan perhatian besar terhadap bidang pendidikan. anak yatim bakal hidup mulia dengan pendidikan. kaum miskin akan terjamin pangannya berbekal pendidikan. pendidikan akan menyelamatkan anak2 kelas menengah dari penyakit pamer dan enggan berbagi. berkat pendidikan pula, kita menyadari kepastian datangnya hari akhir dan mengenal apa makna sembahyang yang sejati: ikhlas.
selain KH ahmad dahlan, tentu masih banyak guru islam nusantara lain yang mewarisi misi profetik untuk menyadarkan kita dari bermimpi hidup kaya raya secara melampui batas. di antara guru2 tersebut, ada satu nama yang sangat perlu dikenang, ialah sosrokartono, kakak kartini.
beliau berpesan: sugih tanpa banda, kaya tanpa harta. pesan ini, bagi penggila dunia yang materialistis, di samping lucu, juga tidak masuk akal. mungkinkah kita kaya tetapi tanpa punya harta? siapa tidak punya harta, jelas miskin. apa pesan sugih tanpa banda menunjukkan kebodohan sosrokartono?
sedikit pun tidak. dengan memberi pesan itu, beliau justru menunjukkan kecerdasannya yang di atas rata-rata. beliau mengerti bahwa konsep kaya atau sugih yang populer itu keliru total. penggila dunia memahami sugih semata-mata sebagai sugih materi. akan tetapi, apa yang disebut sugih sebenarnya melampaui materialitas. baginda muhammad menjelaskan, rezeki adalah apa yang kita makan, apa yang kita pakai, dan apa yang kita sedehkan. kebutuhan kita akan pangan dan sandang tidak pernah banyak. yang banyak, bahkan terlalu banyak, adalah keinginan kita akan pangan dan sandang. dengan demikian, rezeki sandang pangan kita itu tidak banyak, seperlunya untuk menghilangkan rasa lapar dan menutup aurat. dilihat dari pemerolehan rezeki pangan sandar berdasarkan kriteria 'seperlunya' ini, kita tidak tergolong kaya, hanya berkecukupan. lantas, apa yang membuat kita sugih? sedekah. berbagi. semakin banyak bersedekah, semakin banyak rezeki hakiki kita, semakin sugih-lah kita, walaupun pada fakta fisisnya kita kelihatan miskin. bukankah ini yang disebut sosrokartono sebagai sugih tanpa banda?
orang kaya adalah orang yang selain berkarakter puas hati, juga gemar berbagi. dia mengamalkan ilmu kantong bolong. setiap kali dimasuki uang, kantong itu segera kosong kembali karena uangnya disedekahkan, sebagaimana kantong bolong yang dimasuki uang yang segera kosong kembali. pengamal ilmu kantong bolong adalah pribadi yang benar-benar sugih secara metafisis dan spiritual. dia merasa cukup, puas, dan bersyukur dengan apa yang menjadi jatahnya. dia berkata 'tidak' kepada dunia. tidak cemas dengan masa depannya di dunia. tidak punya ambisi duniawi, apalagi gila dunia, apalagi bermimpi hidup kaya raya secara melampaui batas. hatinya adalah kedamaian, zikir, dan doa. dialah sebenar-benarnya guru. dialah pewaris misi profetik para nabi, waratsat al-anbiya. dia jugalah yang diam2 melawan arus kebudayaan zaman akhir. alangkah berat jihadnya. alangkah dirindukannya dia. alangkah dibutuhkannya dia sebagai pasak peradaban, penjaga agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam