Ajari aku
Sekali lagi
Cara untuk
mencintaimu
Saya
kembali, untuk kesekian kali, menonton “Cin(t)a”, sebuah film garapan Sammaria
Simanjuntak. Kesan saya, film ini filosofis, simbolis, dan puitis. Produksinya
tampak tak main-main, meskipun akting dua aktor utamanya masih belum sempurna.
Ada gerak mata, raut wajah, dan bahasa tubuh yang tidak sesuai dengan suasana
cerita yang dikehendaki. Mereka masih sedikit kikuk dan kaku. Selain itu,
terkadang logika cerita tidak dijaga dengan ketat. Ini kesan saya, bukan
penilaian seorang sutradara, apalagi kritikus.
Cin(t)a
bukan film arus utama. Ia membawa tema yang berat dan pesan yang beresiko:
Cinta yang diharapkan dapat menyatukan perbedaan. Film ini memberontaki agama,
tradisi, dan konvensi masyarakat kita. Singkat kata, ia tidak populer.
Buktinya, film ini bagus—setidaknya menurut saya—dari segi tema maupun sinematografi,
tetapi hingga kini, lebih dari lima tahun setelah masa produksinya, Cin(t)a
masih kurang terkenal. Saya belum pernah menemukan ulasan yang meluas dan
mendalam terhadap Cin(t)a. Sambutan publik terhadapnya tidak semeriah sambutan
yang diberikan kepada, misalnya, “Ayat-ayat Cinta”, “Laskar Pelangi”, atau
“Sang Penari”. Dapat dikatakan dengan ungkapan yang dibikin puitis, Cin(t)a
adalah film yang berasal dari sunyi, dihikmati oleh sunyi, dan kembali kepada
sunyi. Ya, ia memang berdakwah tentang sunyi, tentang spiritualitas, tentang
tuhan, dan tentang manusia yang (tak) kapok-kapok mencari-Nya.
Apapun
respon publik terhadap Cin(t)a, saya selalu hanya memujinya dengan tepuk tangan
beriring decak kagum. Dalam hati saya bergumam: “ini baru film!”. Saya bersukur
gembira, orang Indonesia ternyata bisa juga membuat film sebagus Cin(t)a.
Walaupun telah menontonnya entah berapa kali, saya tidak merasa bosan. Pada
setiap pembacaan, saya menemukan makna yang baru, atau Cin(t)a senantiasa
menyingkapkan bagian dirinya yang lain, yang selama ini tersembunyi dari
pengetahuan saya. Film ini memang puitis, dan relatif mendewasakan.
Kapan-kapan, saya kepingin menonton Cin(t)a lagi. []
Bumi Malayu-Bumi
Mataram, 27 Agustus-1 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam