antara
dentang-denting pedang keris menyanyi ia
seperti semerbak
cempaka meruap dari tumpukan bangkai
tapi waktu tak menghentikan detaknya
deras mengalir membabat ayat-ayat hayat
dengar, o dengarlah, ada anak megap-megap
mengharap napas yang sudah dibayarkan
bagi ibunya. ada lidah melepas doa
sesudah sedih sesal
setelah pemakaman pahlawan pecundang
“tak sekali pun
kita menang,” keluh hening, kala amukan bah reda
kala nuh
meninggalkan bahteranya jauh-jauh, dengan kepala layu.
yogyakarta, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam