bid'ah artinya inovasi atau kebaruan. arti kata kerjanya, bada'a--yabda'u, adalah mengadakan sesuatu yang baru, tanpa mengikuti model yang telah ada sebelumnya. yang diciptakan benar-benar sesuatu yang baru. pada tindakan bid'ah, tidak ada kesinambungan antara masa lalu dan masa kini.
tapi arti kata bid'ah yang elementer ini jarang digunakan pendakwah, baik dari kalangan modernis maupun tradisional. khususnya bagi kalangan islam modernis, bid'ah tampaknya bermakna apa pun (1) yang mengada-ada, (2) yang tidak dilakukan baginda rasul dan sahabat-sahabatnya, dan (3) yang menyalahi kaidah tauhid. bid'ah adalah pola, gaya, dan cara ibadah baru yang menjurus pada kesyirikan. ia penyimpangan dari agama islam yang murni.
penyimpangan itu tidak mewujud semata-mata dalam bentuk fikihiyah, misalnya tarawih, halal bi halal, tahlil, talqin, dan qunut. ia rupanya juga mewujud dalam bentuk etika atau tasawuf. imam al-ghazali, dalam ihya', menulis bahwa seorang--barangkali--tabiin pernah berkata bahwa bid'ah yang mula-mula muncul adalah kenyang. masyarakat islam generasi pertama, yang terbimibing langsung oleh baginda rasul, menjauhi kenyang. mereka makan ketika lapar, berhenti sebelum kenyang.
baginda rasul amat berhati-hati dalam hal makan. yasadipura II, pujangga-santri surakarta, dalam serat sasasasunu menulis, baginda rasul terbiasa makan sehari sekali, yaitu pada siang hari, disertai minum tiga tegukan. sebuah hadits menyebutkan, baginda rasul mengatur isi lambungnya, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk bernapas. bisa kita bayangkan, betapa sedikitnya porsi makan baginda rasul, kira-kira sebungkus nasi kucing, lebih kurang seperlima bungkus nasi padang.
tidak jarang, porsi makan baginda rasul lebih sedikit daripada itu. di pagi hari, ketika tahu bahwa tidak ada persediaan makan di rumah, baginda rasul berpuasa. alasan beliau berpuasa jelas tidak hanya itu. kebiasaan beliau, sebagaimana kebiasaan nabi dan rasul lain, adalah berpuasa sunah. dalam puasanya, baginda rasul tidak selalu bisa bersahur. santapan berbukanya hanya tiga biji kurma, sekitar setengah atau sepertiga bungkus nasi kucing, lebih kurang sepersepuluh bungkus nasi padang. beliau berbuka, beliau makan, sekadar untuk menegakkan punggung. inilah salah satu sunah rasul: lapar.
segera setelah baginda rasul meninggal dan zaman fajar islam berlalu, sunah lapar itu pun perlahan-lahan dilupakan. umat islam menjauhi kelaparan dan mengakrabi kekenyangan. mereka telah menciptakan bid'ah. kenyang adalah perilaku yang menyimpang dari dan tidak sejalan dengan sunah baginda rasul. semakin kenyang, nafsu pun semakin besar, syahwat pun semakin buas, pikiran pun semakin liar. jadi, kenyang merupakan tantangan besar bagi tauhid dan akhlak, bukan? bukankah kenyang itu bid'ah dan hulu pangkal bid'ah-bid'ah yang lain?
menjauhi bid'ah fikihiyah hendaknya dimulai dari menjauhi bid'ah etika, antara lain bid'ah kenyang. ini mudah dikatakan, tetapi sangat sulit dilakukan.
tapi arti kata bid'ah yang elementer ini jarang digunakan pendakwah, baik dari kalangan modernis maupun tradisional. khususnya bagi kalangan islam modernis, bid'ah tampaknya bermakna apa pun (1) yang mengada-ada, (2) yang tidak dilakukan baginda rasul dan sahabat-sahabatnya, dan (3) yang menyalahi kaidah tauhid. bid'ah adalah pola, gaya, dan cara ibadah baru yang menjurus pada kesyirikan. ia penyimpangan dari agama islam yang murni.
penyimpangan itu tidak mewujud semata-mata dalam bentuk fikihiyah, misalnya tarawih, halal bi halal, tahlil, talqin, dan qunut. ia rupanya juga mewujud dalam bentuk etika atau tasawuf. imam al-ghazali, dalam ihya', menulis bahwa seorang--barangkali--tabiin pernah berkata bahwa bid'ah yang mula-mula muncul adalah kenyang. masyarakat islam generasi pertama, yang terbimibing langsung oleh baginda rasul, menjauhi kenyang. mereka makan ketika lapar, berhenti sebelum kenyang.
baginda rasul amat berhati-hati dalam hal makan. yasadipura II, pujangga-santri surakarta, dalam serat sasasasunu menulis, baginda rasul terbiasa makan sehari sekali, yaitu pada siang hari, disertai minum tiga tegukan. sebuah hadits menyebutkan, baginda rasul mengatur isi lambungnya, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk bernapas. bisa kita bayangkan, betapa sedikitnya porsi makan baginda rasul, kira-kira sebungkus nasi kucing, lebih kurang seperlima bungkus nasi padang.
tidak jarang, porsi makan baginda rasul lebih sedikit daripada itu. di pagi hari, ketika tahu bahwa tidak ada persediaan makan di rumah, baginda rasul berpuasa. alasan beliau berpuasa jelas tidak hanya itu. kebiasaan beliau, sebagaimana kebiasaan nabi dan rasul lain, adalah berpuasa sunah. dalam puasanya, baginda rasul tidak selalu bisa bersahur. santapan berbukanya hanya tiga biji kurma, sekitar setengah atau sepertiga bungkus nasi kucing, lebih kurang sepersepuluh bungkus nasi padang. beliau berbuka, beliau makan, sekadar untuk menegakkan punggung. inilah salah satu sunah rasul: lapar.
segera setelah baginda rasul meninggal dan zaman fajar islam berlalu, sunah lapar itu pun perlahan-lahan dilupakan. umat islam menjauhi kelaparan dan mengakrabi kekenyangan. mereka telah menciptakan bid'ah. kenyang adalah perilaku yang menyimpang dari dan tidak sejalan dengan sunah baginda rasul. semakin kenyang, nafsu pun semakin besar, syahwat pun semakin buas, pikiran pun semakin liar. jadi, kenyang merupakan tantangan besar bagi tauhid dan akhlak, bukan? bukankah kenyang itu bid'ah dan hulu pangkal bid'ah-bid'ah yang lain?
menjauhi bid'ah fikihiyah hendaknya dimulai dari menjauhi bid'ah etika, antara lain bid'ah kenyang. ini mudah dikatakan, tetapi sangat sulit dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam