Pengertian
Teks
eksplanasi adalah teks yang bertujuan untuk menjelaskan secara kausal proses
terjadinya suatu fenomena alam atau fenomena sosial, misalnya bencana alam (tsunami,
banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan lain-lain) dan masalah sosial (tawuran,
pembegalan, dan lain-lain). Kata ‘eksplanasi’ diserap dari bahasa Inggris, explanation, artinya ‘menjelaskan’ atau
‘menerangkan’. Yang dijelaskan adalah fenomena alam atau sosial tertentu.
Dalam
teks ekplanasi diterangkan apa pengertian suatu fenomena alam atau sosial
tertentu, apa penyebab dan akibatnya, bagaimana proses terjadinya, dan
bagaimana kita memaknai fenomena alam atau sosial tersebut. Pemaknaan atau
penafsiran ini bersifat opsional, artinya tidak harus dan tidak selalu ada
dalam teks eksplanasi.
Struktur
Struktur
teks eksplanasi terdiri atas pernyataan umum (pembukaan), deretan penjelasan,
dan interpretasi (yang bersifat opsional).
Pernyataan
umum terletak pada bagian awal atau bagian pembuka teks, yaitu pada paragraf
pertamanya. Dalam pernyataan umum, penulis menjelaskan pengertian fenomena alam
atau sosial yang menjadi objek tulisannya. Adakalanya dalam pernyataan umum ini
telah disebutkan penyebab dan akibat fenomena alam atau sosial yang dijelaskan
itu, tetapi secara singkat, untuk kemudian dijabarkan secara lebih luas pada
bagian teks eksplanasi berikutnya, yaitu deretan penjelasan.
Deretan
penjelasan berisi keterangan tentang proses terjadinya fenomena alam atau
sosial yang pengertiannya sudah dipaparkan pada bagian pernyataan umum. Deretan
penjelasan menjawab bagaimana sehingga fenomena alam atau sosial tertentu
terjadi. Dengan demikian, deretan penjelasan menerangkan sebab-sebab terjadinya
fenomena alam atau sosial terseebut. Tidak hanya itu, deretan penjelasan juga
menerangkan akibat-akibatnya.
Deretan
penjelasan adalah inti teks eksplanasi. Sebab, dalam bagian deretan penjelasan
inilah dipaparkan secara cukup luas kausalitas atau sebab-akibat suatu fenomena
alam atau sosial.
Panjang
bagian penjelasan tidak ditentukan. Ukuran deretan penjelasaan bukan panjang
atau pendeknya, sedikit atau banyaknya paragraf. Ukurannya adalah pertama,
kejelasan dan ketuntasan paparan. Jelas, artinya paparan dapat dipahami
pembaca. Tuntas, artinya informasi-informasi yang diperlukan untuk memahamkan
pembaca sudah dipaparkan. Kedua, keruntutan atau kelogisan. Apa yang penulis pahami sebagai sebab dan apa yang dia
pahami sebagai akibat terhubung secara logis.
Bagian
terakhir dari teks eksplanasi adalah interpretasi. Interpretasi sifatnya
opsional, boleh ada, boleh pula tidak ada. Namun demikian, bagian interpretasi
sebaiknya dicantumkan dalam setiap teks eksplanasi. Sebab, bagian interpretasi
dalam teks eksplanasi berfungsi sebagai semacam penutup tulisan. Tanpa bagian
interpretasi, tulisan terasa menggantung atau belum rampung.
Interpretasi
adalah kata serapan dari bahasa Inggris, interpretation,
artinya (1) ‘pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoretis terhadap
sesuatu; (2) tafsiran (KBBI Edisi IV, h. 543). Interpretasi dalam teks
eksplanasi adalah penafsiran atau pemaknaan penulis terhadap fenomena alam atau
fenomena sosial yang dijelaskannya. Interpretasi merupakan kesimpulan yang kita
tarik setelah kita memahami pengertian, sebab, akibat, dan proses terjadinya
fenomena alam atau sosial itu.
Pemakanan
ini bisa bersifat teoretis atau moralistis. Pemaknaan teoretis merupakan kelanjutan
penalaran dari logika sebab-akibat yang dibangun pada bagian deretan
penjelasan. Pemaknaan moralistis merupakan sikap yang sebaiknya atau seharusnya
kita ambil dalam menghadapi fenomena alam atau sosial yang dijelaskan.
Contoh 1
GEMPA BUMI
Gempa bumi adalah
getaran atau guncangan yang terjadi karena pergerakan lapisan batu bumi yang
berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi. Peristiwa alam itu
sering terjadi di daerah yang berada dekat dengan gunung berapi dan juga di
daerah yang dikelilingi lautan luas.
Gempa bumi terjadi
karena pergeseran lapisan bawah bumi dan letusan gunung yang dahsyat. Selain
itu, gempa bumi terjadi begitu cepat dengan dampak yang begitu hebat. Oleh
karena itu, akibat yang ditimbulkan sangat luar biasa. Getaran gempa bumi
sangat kuat dan merambat ke segala arah sehingga dapat menghancurkan bangunan
dan menimbulkan korban jiwa.
Berdasarkan penyebab terjadinya, gempa
bumi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu gempa tektonik dan gempa vulkanik. Gempa
tektonik terjadi karena lapisan kerak bumi menjadi genting atau lunak sehingga
mengalami pergerakan. Teori Tectonic Plate berisi penjelasan bahwa
bumi kita ini terdiri atas beberapa lapisan batuan. Sebagian besar daerah
lapisan kerak ini akan hanyut dan mengapung di lapisan, seperti halnya salju.
Lapisan ini bergerak sangat perlahan sehingga terpecah-pecah dan bertabrakan
satu dengan yang lainnya. Itulah sebabnya mengapa gempa bumi terjadi. Sementara
itu, gempa bumi vulkanik terjadi karena adanya letusan gunung berapi yang
sangat dahsyat. Gempa vulkanik ini lebih jarang terjadi jika dibandingkan
dengan gempa tektonik.
Gempa dapat terjadi kapan saja, tanpa
mengenal musim. Meskipun demikian, konsentrasi gempa cenderung terjadi di
tempat-tempat tertentu saja, seperti pada batas Pelat Pasifik. Tempat ini dikenal dengan lingkaran api karena
banyaknya gunung berapi.
Sumber: Buku Siswa Pelajaran Bahasa Indonesia
SMP/MTs Kelas VII , Bahasa indonesia Wahana Pengetahuan (2013), hal. 129.
Contoh 2
TSUNAMI
Kata "tsunami" berasal dari bahasa
Jepang tsu yang berarti 'pelabuhan' dan nami yang berarti
'gelombang'. Namun, para ilmuwan mengartikan tsunami dengan 'gelombang pasang' (tidal
wave) atau dikenal juga dengan sebutan gelombang laut karena gempa (seismic
sea waves). Tsunami adalah serangkaian gelombang yang terbentuk karena
gempa atau letusan gunung berapi di bawah laut atau di daratan dekat pantai.
Gelombangnya yang besar menyebabkan banjir dan kerusakan saat menghantam
pantai.
Tsunami tercipta saat permukaan dasar laut
bergerak naik turun di sepanjang patahan selama gempa terjadi. Patahannya
menyebabkan keseimbangan air menjadi terganggu. Makin besar daerah patahan yang
terjadi, makin besar pula tenaga gelombang yang dihasilkan. Selain itu, tsunami
juga tercipta karena meletusnya gunung berapi yang menyebabkan pergerakan air
di laut atau perairan sekitarnya sangat tinggi. Gelombang yang besar
menyebabkan banjir dan kerusakan saat menghantam pantai.
Gelombang tsunami yang terjadi di laut melaju
lebih cepat daripada gelombang normal. Gelombang tersebut menyebar ke segala
arah dengan ketinggian 30 sampai dengan 50 meter dan kecepatan sekitar 800
km/jam. Ketika gelombang tsunami memasuki air dangkal, kecepatannya akan
menurun dan ketinggiannya akan bertambah. Ketinggian gelombang itu juga
bergantung pada bentuk pantai dan kedalamannya. Gempa bumi yang terjadi di
dasar laut sangat berpotensi menimbulkan tsunami dan sangat berbahaya bagi
manusia.
Kamu tidak perlu khawatir karena tidak semua
gempa dan letusan gunung berapi menyebabkan tsunami dan tidak semua tsunami
menimbulkan gelombang besar. Tsunami selalu menyebabkan kerusakan besar bagi
manusia. Kerusakan yang paling besar terjadi ketika gelombang besar tsunami itu
mengenai permukiman manusia sehingga menyeret apa saja yang dilaluinya.
Sumber: Buku Siswa Pelajaran Bahasa Indonesia
SMP/MTs Kelas VII , Bahasa indonesia Wahana Pengetahuan (2013), hal. 115-116.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam