I
kita pernah bergandengan tangan
bersai menyisiri tepi sungai:
mengamati angin-angin ungu
hinggap pada bulu mata haru
sejenak menyekap matahari
membanting jam dinding
diam-diam menunggu salju putih
berduyun-duyun turun di batanghari
II
kita pernah bersama memilih nama
memahatnya pada tiap kitab:
tanah kosong yang kasang
kali kadir yang anyir
tali letih yang merintih
namun wahyu tiba-tiba jatuh menghunus:
hari ini tidak ada nabi lagi
hanya bayi-bayi masih lahir
menangis belajar berjalan dan bicara
hanya ibu-ibu masih hadir
menyuguhkan tubuh dan air susunya
pada malam perjamuan
para lupa yang terluka dan berduka
III
selamat jalan. tapi
dalam puisi kita abadi.
november 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam