Puncak ilmu dalam agama Islam
adalah akhlak. Akhlak adalah hilir dari tauhid. Akhlak dilandasi oleh nalar. Akhlak
adalah aspek dari hikmah. Hikmah diberikan oleh Allah kepada manusia yang
dikehendaki-Nya, melalui berbagai cara pemerolehan pengetahuan. Al-Qur’an
menyebut tiga cara pemerolehan pengetahuan: dengan telinga (as-sam’u), dengan
mata (al-abshar), dan dengan rasa (al-af’idah).
Hikmah adalah berpadunya iman dan
amal saleh. Manifestasi konkret dari hikmah dalam kehidupan sehari-hari disebut
akhlak. Berdasarkan sasarannya, akhlak terbagi tiga: akhlak terhadap Allah,
akhlak terhadap sesama manusia, dan akhlak terhadap makhluk-makhluk Allah
selain manusia. Kata Quraish Shihab, dasar akhlak terhadap Allah adalah
senantiasa berprasangka baik terhadap-Nya; dasar akhlak terhadap manusia adalah
memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan olehnya; dasar
akhlak terhadap makhluk-makhluk selain Allah adalah sebagai khalifah kita
mendayagunakan mereka dalam rangka pengabdian kepada Allah.
Luqman
al-Hakim
Allah menggelari Luqman, tokoh
historis yang namanya diabadikan dalam Al-Qur’an, dengan al-hakim, yang diberi
hikmah. Luqman, karena itu, adalah orang yang beriman sekaligus beramal saleh.
Dia memiliki akhlak yang mulia.
Bagaimana akhlak Luqman itu?
1. Bersyukur
kepada Allah. Tidak kufur nikmat.
2. Mengesakan
Allah, dan menasihati anaknya untuk tidak mempersekutukan Allah, karena itu
merupakan kezhaliman.
3. Berbakti
kepada kedua orang tua, terutama ibu.
4. Yakin
bahwa Allah selalu mengawasinya. Allah Maha Tahu, Maha Halus, dan Maha Teliti.
Luqman menghayati makna ihsan.
5. Mendirikan
salat.
6. Menyuruh
orang lain berbuat ma’ruf dan melarang orang lain berbuat munkar. Aktif
memimpin masyarakat.
7. Bersabar
ketika ditimpa musibah.
8. Tidak
memalingkan wajah dari manusia. Mengapresiasi orang lain. Memanusiakan manusia.
Ngewongke wong. Tidak sombong. Tidak berjalan di muka bumi dengan angkuh.
9. Sederhana
cara berjalannya. Tidak berlebihan. Tidak dilebih-lebihkan. Adil.
10. Lembut
dan halus tutur katanya.
Akhlak Luqman tersebut diterangkan
dalam Q.S. Surat Luqman.
Akhlak
Guru
Pendidikan menggarap tiga ranah
integral: kognitif, afektif, dan psikomotorik; atau menurut Ki Hadjar: cipta,
rasa, dan karsa. Keselarasan cipta, rasa, dan karsa mewujud sebagai budi
pekerti, atau akhlak mulia. Maka tujuan utama pendidikan adalah ta’dib:
membangun akhlak atau membangun karakter. Metode dasar dan minimal dari
pendidikan karakter adalah keteladanan. Kata Ki Hadjar, ing ngarso sun tulodho.
Jadi, guru yang bertanggung jawab,
yang benar-benar bermaksud mendidik murid-muridnya, mesti berakhak mulia.
Kemestian ini tidak bisa ditawar-tawar. Demi memenuhi tanggung jawabnya
tersebut, guru bisa menempatkan al-Qur’an sebagai referensi untuk memahami bagaimana akhlak
mulia itu, dan apa sendi-sendinya. Guru dapat meneladani akhlak tokoh-tokoh agung yang namanya
diabadikan dalam al-Qur’an, salah satunya Luqman al-Hakim.
Yogyakarta,
27 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam