Kalau ada yang
bertanya apakah mukjizat Muhammad yang paling menakjubkan, saya akan menjawab,
tanpa ragu sedikit pun, mukjizatnya yang paling menakjubkan adalah akhlaknya.
Kiranya inilah salah satu sebab kenapa Muhammad terpilih menjadi imam para nabi
sepanjang sejarah. Keagungan akhlak lebih bernilai bagi kemanusiaan dan
peradaban daripada kemampuan menghidupkan kembali burung-burung, membelah
lautan, mengendalikan angin, menyembuhkan kusta, dan semacamnya. Mukjizat-mukjizat
yang tidak masuk akal dan seolah-olah menyimpang dari hukum alam sesungguhnya berfungsi
untuk membangun akhlak manusia yang menyaksikannya.
Untuk
menciptakan peradaban yang adiluhung, manusia membutuhkan teladan konkret,
model yang dapat dengan mudah ditiru. Sebab, tidak setiap manusia mampu melakukan
abstraksi etik secara sistematis serta menerjemahkannya dalam realitas
kehidupan sehari-hari, yang kadang tidak sesederhana yang dibayangkan, tetapi
kadang tidak pula sekompleks yang dipikirkan.
Lalu, bagaimana
akhlak Muhammad? Saya tak kenal betul dengan Muhammad. Sangat sedikit
pengetahuan saya mengenai sejarah hidupnya. Saya hanya pernah mendengar bahwa ‘Aisyah
suatu kali ditanya bagaimana akhlak Muhammad, kemudian ia menjawab: kaana
khuluquhu al-Qur’an; akhlak Muhammad adalah al-Qur’an. Jika hikmah al-Qur’an
diterapkan dengan benar dalam kehidupan sehari-hari, itulah akhlak Muhammad. Keterangan
ini masih terlampau umum. Saya akan mencoba menjabarkannya, sebisa dan sepaham
saya.
Tak cuma
menghargai musuh-musuhnya karena alasan kepantasan, Muhammad bahkan menyayangi
musuh-musuhnya tersebut. Level menyayangi berada di atas level kasihan, apalagi
rasa ora kepenak. Rasa sayang terhadap musuh hanya dipunyai oleh
pemaaf yang ikhlas yang di dalam hatinya tidak dijumpai sebercak pun noda
dendam.
Kalau pun
Muhammad membalas kezaliman musuh-musuhnya, itu dilakukkannya demi menegakkan keadilan dan hukum, bukan untuk melampiaskan dendam. Dendam adalah nilai
yang secara tidak disadari telah mengilhami kehidupan masyarakat Arab jahiliyah. Muhammad
menolak dendam sebagai acuan normatif. Misi Muhammad adalah merombak tata nilai
masyarakat jahiliyah. Perombakan itu dilaksanakan antara lain dengan menyingkirkan dendam
dari tata nilai mereka, untuk kemudian digantikan dengan kasih-sayang.
Namun demikian,
ternyata cara Muhammad membalas kezaliman musuh-musuhnya pun unik, aneh, ajaib, dan
tidak masuk akal. Itu dapat kita saksikan dalam peristiwa revolusi Makkah yang
terjadi pada fase puncak perjuangannya menyebarkan Islam. Berhasil menguasai Makkah, Muhammad menjatuhkan sanksi kepada
musuhnya-musuhnya dengan mengampuni tindak sewenang-wenang
yang selama puluhan tahun secara konsisten mereka tujukan kepada Muhammad dan
para sahabatnya. Ajaibnya lagi, Muhammad malah
memberi mereka bantuan keuangan. Tak mungkin disangsikan, kasih-sayang Muhammad
terhadap musuh-musuhnya adalah sebenar-benarnya mukjizat. Inilah sumber pesona Muhammad lantaran mana ia begitu dikagumi dan dirindukan baik oleh manusia sezamannya maupun oleh manusia
yang lahir beribu tahun setelah ia meninggal.
Keahlian
Muhammad dalam hamemayu hayuning manungsa, ngewongke wong, mengapresiasi the
others, atau memanusiakan manusia juga merupakan bagian dari mukjizatnya yang luar biasa. Muhammad adalah seorang pemalu yang selalu menjaga nama baik orang
lain di hadapan publik. Muhammad tidak mau menjatuhkan orang lain dengan
membunuh karakternya, dengan menfitnahnya, atau dengan membocorkan rahasia
aibnya. Ia merahasiakan aib orang lain. Ia menghimbau agar sahabat-sahabatnya
saling menjaga kerahasiaan aib masing-masing. Muhammad melarang umatnya berghibah, menggunjing, menggosip, dan memfitnah. Keahlian Muhammad dalam memanusiakan manusia membuat siapa
pun merasa aman apabila berada di sampingnya. Muhammad tidak membuat galau
orang-orang di sekitarnya. Ia justru mengobati kegalauan mereka.
Ketika Muhammad
mengacuhkan seorang perempuan buta yang dengan segenap jiwa datang menemuinya,
Tuhan menegur Muhammad. Muhammad merasa sangat berdosa karena tidak memperhatikan kehadiran perempuan buta tersebut, juga kerena telah tidak membuat
perempuan buta tersebut merasa hadir dan bermakna. Muhammad merasa bersalah karena
telah melupakan eksistensi the others.
Muhammad
melayani tamu-tamunya dengan kemurahhatian yang tak terkira. Waktu seorang
tamunya bercerita bahwa dia sekelurga sudah lama tak makan, Muhammad memberinya
setandan kurma. Padahal ia juga membutuhkan setandan kurma itu, bahkan sangat
membutuhkan, karena merupakan satu-satunya makanan yang dimilikinya pada hari
itu. Apabila didatangi tamu sedangkan ia sedang salat, Muhammad menyegerakan
salatnya, lantas bergegas menyambut tamunya.
Kita masih dapat
mengumpulkan lebih banyak lagi bukti keagungan akhlak Muhammad. Semakin banyak
menemukan bukti-bukti itu, kita akan semakin mengenal Muhammad, serta akan semakin
yakin bahwa akhlak Muhammad adalah mukjizatnya yang terbesar. Karena keagungan akhlaknya, umat manusia sepanjang zaman memujinya, merindukannya, meneladaninya,
mengiriminya doa dan salawat. Tuhan dan malaikat pun bersalawat baginya.
Muhammad memang layak menyandang nama Muhammad, yang terpuji di langit dan di
bumi, sepanjang masa. Allahumma shalli ‘ala muhammad....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam