CATATAN HARIAN SEORANG PENGEMBARA
Oleh:
Iman Budhi Santosa
Kutemukan sajak, kalimat-kalimat bijak
lewat butir padi, bunga lalang, sayap
merpati
ketika cahaya Ilahi memancar terang
sekali.
Kutemukan pintu, celah lorong berliku
pada sebongkah batu, besi baja, dan kayu
jika kubuka mata hati yang tak pernah
menipu.
Kutemukan saudara, tangan kaki berlipat
ganda
di setiap manusia, hewan dan isyarat
maya
jika kuterima seperti kulit daging
atau sampul tempat menuliskan nama kita
Kutemukan rumah, wajah bunda yang teduh
ramah
pada untaian sejarah, warisan para nabi
ketika fatwanya terus berdenyut
di dada kiri
1995
Parafrase
Dalam pengembaraanku, ketika cahaya
Ilahi memancar terang sekali, kutemukan sajak, yakni kalimat-kalimat bijak. Aku
menemukan sajak lewat alam dan pengalaman nyata: butir padi, bunga lalang, dan
sayap merpati.
Dalam pengembaraanku, jika kubuka mata
hati yang tak pernah menipu, kutemukan pintu, yaitu celah lorong berliku. Aku
menemukan pintu pada apa-apa yang dikira mati dan tak berarti: sebongkah batu,
besi baja, dan kayu.
Dalam pengembaraanku, kutemukan saudara.
Tangan dan kaki pun jadi berlipat ganda. Aku menemukan saudara di setiap
manusia, hewan, dan isyarat maya. Itu jika mereka kuterima seperti kulit dan
dagingku sendiri, atau seperti sampul tempat menuliskan nama “kita”, bukan
hanya namaku sendiri.
Dalam pengembaraanku, kutemukan rumah,
yaitu wajah bunda yang teduh dan ramah. Aku menemukan rumah pada untaian sejarah
yang merekam warisan para nabi ketika fatwa mereka terus berdenyut di dada kiri,
terus hidup di hati.
NB: puisi ini dimuat dalam antologi Matahari-matahari
Kecil (Grasindo, 2004), h. 53.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam