siapa tak heran
setelah ditinggalkan api
mengapa kampung itu
terbakar, baranya
memenggal kepala anak-anak
dan menikam dada ibu mereka
“dengarkanlah!” seru anak tua
(kabarnya dia pintar menggambar air mata)
“bahkan air pun membakar istri dan anakku.”
yogyakarta,
maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam