di sini
di pinggir sungai ini
kita saksikan
dua angsa putih
tengah menebar benih kasih
aliran air
terhenti seketika
para penjala, pedagang, dan penambang emas
mematung, termangu (atau terkutuk?)
wahai sialnya
tuhan tiba-tiba
ikut campur seenaknya
dan jadilah, katanya, maka terjadi:
seorang abang yang baik
memancung adiknya yang juga baik
seorang anak yang baik
mencincang bapanya yang juga baik
seorang pemuda yang baik
menjambak rambut ibunya yang juga baik
seorang ibu yang baik, ya, dia ibu yang
baik
membuang bayinya yang tentu saja baik
air pun kembali mengalir
membisikkan ricik
yang merdu dan misterius
kita pun, aku dan kau,
kembali melanjutkan perjalanan
“tak ada yang perlu dirisaukan
selama ulu dan ilir masih ada,”
begitu pesanmu, sebelum kita
membiarkan dua angsa itu
bermain cinta di sungai ini
yogyakarta,
maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam