Tentang orang satu ini, saya tak tahu banyak. Sebelumnya dia
hanya wartawan biasa. Dengan ketegaran, dia melewati masa kanak-kanaknya yang
pelik dan serba kekurangan. Katanya, dia sempat punya hanya satu celana, satu
baju, dan satu sarung. Tetapi, justru masa kecil yang serba mepet, kepepet, dan
bikin semaput itulah yang mengantarkannya menjadi “orang”.
Dia juga punya satu pengalaman yang lebih getir lagi. Waktu itu
hatinya bermasalah. Dia nyaris mati. Dia selamat dari jerat maut setelah
operasi ganti hati. Saya jadi teringat film “Heart”. Jika dalam film yang
digandrungi para remaja itu Nirina mendonorkan hatinya kepada Acha, kira-kira
siapa malaikat yang mendonorkan hatinya kepada orang yang kini menjabat sebagai
Menteri BUMN ini?
Dahlan Iskan adalah wajah baru dalam jagad politik kita. Ketika
menjadi wartawan, dia ditawari mengurus sebuah perusahaan media yang hampir
mampus. Entah karena apa, dia menyutujui tawaran itu. Siapapun tampaknya tak
menyangka bahwa Dahlan tak hanya berhasil menyuntik energi hidup baru kepada
perusahaan itu, tetapi juga berhasil mengangkatnya sebagai perusahan media yang
kokoh dan disegani. Selanjutnya dia memimpin jaringan media terbesar di tanah
air: Jawa Pos Group. Disentuh tangan midas Dahlan, Jawa Pos berkembang pesat
menjadi rival Kompas yang paling kompetitif. Dahlan benar-benar anak ajaib.
Sepak terjang Dahlan terus berlanjut. Presiden memintanya
menangani PLN. Citra BUMN ini begitu buruk di mata masyarakat. Rekam jejak PLN
keruh. Prospeknya cukup suram. Birokrasinya tak efisien. Manajemennya adalah
manajemen perut dan otot. Konon, perusahaan yang sering didemo warga ini
merupakan habitat para koruptor.
Dahlan bersedia memimpin PLN. Dia bukan tipe lelaki yang
menyukai poligami. Dia mengerti benar apa artinya fokus. Tidak mungkin mengurus
dua perusahaan besar sekaligus. Maka Dahlan memutuskan berhenti sebagai pilot
Jawa Pos Group dan berkonsentrasi menahkodai PLN. Ini keputusan gila. Dia
mempertaruhkan masa lalu dan masa depannya. Belum tentu dia akan mampu
mengobati PLN dan berhasil melatihnya sebagai atlet “berstandar internasional”.
Tetapi apabila tidak gila, bukan Dahlan namanya.
Kepercayaan diri Dahlan membuahkan hasil menggembirakan. Dalam
waktu singkat Dahlan menyulap tampang dan watak PLN. Dahlan menginisiasi
pelbagai program layanan baru dan membangun banyak pembangkit listrik baru di
daerah-daerah yang selama ini belum dialiri listik. Kepercayaan masyarakat
terhadap PLN sedikit demi sedikit pulih dan meningkat. Semenjak dikemudikan
Dahlan, PLN menjadi BUMN teladan yang gesit, cerdas, progresif, dan tentu saja
populis. Meski Dahlan menerapkan manajemen ala korporasi dalam tubuh PLN,
tetapi PLN tetap berjalan dalam koridor yang tepat sesuai dengan amanat
undang-undang: berpihak pada, dan menyejahterakan, rakyat.
Presiden sepertinya kagum dengan prestasi Dahlan. Jauh sebelum
masa jabatannya di PLN tuntas, presiden menunjuk Dahlan sebagai Menteri BUMN.
Dahlan jelas terkejut. Kabarnya, dia bahkan sampai menangis terisak. Awalnya
dia ragu-ragu untuk menerima tawaran “panas” itu. Namun kemudian dengan kayakinan
mantap dia maju menduduki kursi menteri BUMN. Di sana dia membuat berbagai
terobosan yang liar dan ganjil menurut ukuran umum selama ini. Dia juga
menularkan budaya baru di kalangan politisi. Supaya nasib BUMN-BUMN yang ada
dapat direparasi, Dahlan “memaksa” perusahan-perusahaan itu untuk menerapkan
pola manajemen korporasi secara tidak setengah-setengah.
Memang sampai saat ini, hasil kerja kerasnya belum tampak jelas.
Tapi menurut saya, Dahlan Iskan adalah sosok yang pantas kita beri kesempatan
dan kepercayaan penuh. Saya yakin, keberadaannya dalam kabinet tak akan
sia-sia. Dahlan adalah oase di tengah padang pasir politik yang alangkah
gersang. Semoga dia berhasil dan terus melangkah di jalan yang lurus.
Dahlan, doaku untukmu. Kami menumpukan harapan kepadamu.
Jogja, 8
Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam