Dulu
saya mengira bahwa unen-unen ing ngarso sun tulodo, ing madyo mangun karso, tut
wuri handayani hanya mengandung satu macam falsafah kepemimpinan. Pemimpin
punya sekaligus tiga posisi dan tiga tugas yang menyertai posisi-posisi itu: di
depan memberi teladan baik, di tengah memberi motivasi, dan di belakang
mengawasi sambil membimbing seperlunya (prinsip among).
Setelah
saya amati lagi, pemimpin dalam unen-unen ini dibagi menjadi tiga macam: a)
pemimpin yang di depan, yaitu pemimpin struktural, melaksanakan tugas-tugas manajerial
sehari-hari dengan profesional; b) pemimpin yang di tengah, yaitu pemimpin yang
menengahi, moderator, mediator; berfungsi pula sebagai arbitrator ketika konflik
internal ataupun eskternal terjadi, serta bertugas mendorong dan memulihkan
semangat juang para anggota organisasi; dan c) pemimpin yang di belakang,
memantau, mengawasi, dan membimbing arah perjalanan kehidupan sebuah
organisasi; sifatnya spiritual.
Tiap
orang boleh memilih tempat mana yang ia sukai menurut kodrat dan
kecenderungannya masing-masing. Sebab, tidak semua orang mempunyai dalam
dirinya kualitas untuk berada secara maksimal sekaligus dalam tiga posisi: di
depan, di tengah, dan di belakang. Bila sebuah organisasi atau komunitas
memiliki tiga macam pemimpin ini, dan ketiganya dapat bekerjasma secara
sinergis, dialektis, dan selaras, maka organisasi itu, sangat dapat dipastikan
akan mencapai taraf kemajuan yang diharapkan dan akan mampu memberi manfaat
besar terhadap perkembangan masyarakat.
Akan
tetapi, guru berbeda dengan pemimpin. Merupakan kewajiban tersendiri bagi guru
untuk menumbuhkan dan mengembangkan tiga kualitas kepemimpinan tersebut dalam
dirinya, meskipun pada kodratnya ia misalnya adalah orang belakang saja, atau
orang tengah saja, atau orang depan saja. Tugas ini bukan tugas mudah tentunya.
Ia memerlukan latihan intelektual, rohani, dan praktis yang panjang, ketat, dan
berat.
Saya,
sebagai orang yang berkodrat dan berkecenderungan merasa lebih nyaman, lebih
hidup, dan lebih ayem (confort zone) berada di belakang, mulai sekarang harus
berlatih berdiri di depan dan di tengah. Di depan saya memberi teladan baik,
ing ngarso sun tulodo; di tengah saya membangunkan semangat, memupuk spirit,
dan menebalkan iman (perjuangan) orang-orang di sekitar saya, ing madyo mangun
karso. Semoga saya mampu melakukannya dengan baik. Dan semoga Gusti Allah
membimbing saya selalu. Amin.
Yogyakarta, Selasa
Kliwon, 10 Juli 2012 M/20 Sya’ban 1433 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam