Berapa
kali telah
saya
mencoba lepas
dari
jerat puisi
dan
berdoa agar raga ini
terkurung
dalam sangkar paling karang.
Tetapi
innalillah sekali
saya
masih puisi
bebas
mengusut asal-muasal pertanyaan
dan
menerka-nerka ke mana arah tenggelamnya.
Tetapi
alhamdulillah sekali
saya
masih puisi
tidak
bosan mengarang-ngarang legenda
kenapa
akhirnya saya dinamai puisi
yang
memulung dan menjual
gerombolan
tidak ketika remaja
untuk
membeli selembar daun jati
bergambar
bayang-bayang dewi sekartaji
sebagai
bekal mati.
ya,
saya masih puisi.
yogyakarta, mei-juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam