Melalui
yang sia-sia ini, kutitip pesan kepadanya
bahwa
biyung masih bangun sebelum subuh,
menuruti
ke mana terang rindu menuntunnya.
Bersama
yang sementara ini, kutitip pesan kepadanya
bahwa
benih hening telah mulai tumbuh menjulang anggun,
seimbang
bila digoyang-goyang angin.
Dalam
yang sesungguhnya riam ini, kusisip tanya kepadanya:
mengapa
mataku dan matamu masih mengenakan wajah yang lain,
wajah
yang mengingkari dan menghindari kenyataan?
yogyakarta, juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam