03/02/11

dua kado bagi sapardi

senampan joda di jeda



/1/



widodo meraba

datar saja

bla-bla-bla



kaca rata, patah kata

bata gagap, gagal tata





/2/



kinjeng njengking

di sisi kiri kijing.



dari tubuh busukku

yang baru diurug

merangkak suara serak

parau melawat surau

lalu berarak ke bekas barakku

(mengeruk kerak dan sengak):

“Apalagi kini kumiliki, oh, apalagi.

Tidak kau. Tidak juga aku.

Namun aku, milikmu.”



Nologaten-Timoho, 29-30 Januari 2011





buluh belah



/1/



meski tarifmu senyawaku

aku tetap memesanmu

tidak di sarkem, di paris, atau di simpang umbulharjo

tapi di makam imogiri.



kau ngangguk. aku girang. kau bilang:

“oke. kutunggu di hotel syahid. kamar 112.

mas, aku pakai blus sutra tipis warna cahaya, ya.”





/2/



jam perjanjian datang.



namun di depanmu

ketika pelan-pelan kau lepas blus dan kutangmu

dan kau gigit bibirmu genit

dan kau remas gemas payudaramu:

aku cemas

aku buyar

pandangku padat dengan kelebat dua, tiga, empat

lima, enam, tujuh bidadari yang menari bugil

mataku mengintai aduhai mereka

mulutku melumut di tubuh mereka

“maaf. belum mampu kusobek pepekmu siang ini. maaf.”





/3/



“mas, besok pagi aku mampir di hotel saphir.

kita masih bisa bermesra di pinggir jalan adisutjipto,”

bisikmu manis, sebelum aku kabur dari kamarmu.



wisma tan panama, 30 Januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam