07/02/12

Quantum


Baik Quantum Learning (QL) maupun Quantum Teaching (QT) dibangun dari tiga komponen pokok: suggestology, accelerated learning, dan neuro linguistic program (NLP), dan dirancang berdasar cara kerja otak (whole brain). Bobbi DePorter awalnya menciptakan metode belajar-mengajar ini untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di lingkungan perusahaan (Quantum Business). Tujuan kongkretnya, mengubah para staf yang sebelumnya bekerja bak robot atau kuli menjadi manajer yang berjiwa wirausaha. Metode ini meniupkan ruh ke dalam perusahaan yang sebelumnya tampak mati suri.

Ada kesamaan filosofis antara metode quantum dengan paradigma pendidikan Romo Mangun. Bedanya, DePorter menyusun metode belajar yang praktis dan ready-for-use bagi siapapun, kapanpun, dimanapun. Romo Mangun tidak. Ki Hajar juga tidak.

Jika QL memaparkan cara mendesain lingkungan belajar yang positif dan cara belajar yang tepat-cepat, maka QT lebih membabarkan pentingnya komunikasi yang positif dan terjalinnya interaksi yang sehat-intim antara guru dan siswa. Keduanya bertumpu pada tesis: emosi positif membuat belajar menjadi menyenangkan, mudah, dan cepat. Asas utama QT: bawalah dunia mereka (siswa) ke dunia kita (guru) dan antarkan dunia kita (guru) ke dunia mereka (siswa). Apa yang hendak dicapai adalah proses manunggalnya dunia guru dan dunia siswa. Dalam konteks belajar, jarak umur, status sosial, pilihan politik, perbedaan agama, dan segala sekat-prasangka lebih baik direlativisir dan dikesampingkan terlebih dahulu. Konflik yang berlangsung di dalam kelas adalah konflik yang positif, ilmiah, produktif.

Oleh karena itu, guru tidak saja harus menguasai ilmu yang akan dia ajarkan kepada siswanya, namun lebih daripada itu, dia mutlak memahami “intisari” ilmu komunikasi, psikologi, dan sosiologi. Tugas guru pun tidak semata-mata mentransfer pengetahuan kepada siswa. Guru adalah, meminjam istilah DePorter, seorang maestro yang mengorkestrasi suasana belajar sedemikian rupa sehingga bakat dan kreativitas siswa teraktualisasikan secara maksimal. Guru adalah pemimpin; pemimpin yang memberdayakan dan memandirikan siswa baik dalam belajar maupun dalam hidup. Inilah yang disebut sebagai quantum: bermutasinya energi (terpendam) menjadi cahaya.

Fokus metode quantum adalah perkembangan ideal siswa. Untuk sampai ke sana, guru mesti banyak belajar, artinya guru juga harus terus memperkembangkan dirinya. Dalam metode quantum, guru dan siswa sama-sama belajar. Siswa belajar cara belajar dan keterampilan hidup. Guru belajar cara mengajar dan pengendalian diri. Selain itu, sekolah, ruang di mana siswa tumbuh, mau tak mau harus mereformasi dirinya. Manajemen dan citra sekolah diperbaiki. Keterampilan, pengetahuan, dan moral (!) guru dibenahi. Hubungan antara sekolah dan elemen pendidikan lainnya juga perlu diharmoniskan dan diproduktifkan. Sampah-sampah yang menghambat komunikasi antarperson maupun antarlembaga dibersihkan.

Kunci kesuksesan penerapan metode quantum dalam sebuah sekolah lebih dipegang oleh pemimpin sekolah bersangkutan daripada oleh guru. Bila kepemimpinan sekolah lembek dan jumud, jangan harap semua guru akan betah mempraktekkan metode quantum. Satu-dua guru quantum hanya akan menelurkan satu-dua siswa quantum, itu pun dengan proses yang melalahkan. Sementara itu, sekolah tadi tetap menjadi sekolah yang berpihak kepada orang dewasa dan tidak berpihak kepada siswa, anak-anak.

Saya ingat salah satu prinsip pedagogi Ki Hajar: guru menghamba pada anak. Sekolah mengabdi kepada siswa. Drost, reformis sekolah katholik di Indonesia, juga bersandar pada prinsip tersebut. Dan pemimpin harus mengabdi pada rakyatnya (servant leader), bukan?

Jadi, apa yang membuat pemimpin bisa tulus mengabdi kepada rakyatnya, guru bisa tulus melayani siswanya? DePorter tak menjawab pertanyaan ini. Tapi tampaknya Rendra diam-diam sudah kasih jawaban.

Yogyakarta, 5 Februari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam