12/12/10

Mata Levinas

Beranjak dari permenungan fenomenologis, Levinas pun sampai pada pembicaraan tentang mata. Terdapat dua varian mata: mata yang melihat dan mata yang mendengar.

Dengan mata yang melihat, kita cenderung melakukan kekerasan terhadap objek yang kita pandang (the violence of vision). Kita melihat benda, binatang, atau orang lain (l’ autri) menurut perspektif egoistis kita sendiri. Kita mengontrol dan menguasai identitas orang lain. Sorot mata kita menundukkan dan membudakkan orang lain. Kita adalah raja yang menghambakan orang lain. Kita umpama dalang yang mewayangkan orang lain. Diam-diam, dengan mata yang melihat, kita telah menjajah orang lain.

Sementara itu, dengan mata yang mendengar (al-‘ain al-musamma’), kita memberi ruang bagi Wajah untuk berbicara pada kita, memberi kelapangan bagi orang lain untuk mengungkapkan dirinya secara terbuka dan utuh pada kita (Al-Qur’an, 58:11). Mata yang mendengar mendorong kita untuk meniru (mimesis) perasaan orang yang sedang kita pandang, seolah-olah kita bertransformasi menjadi dirinya dan masuk ke dalam palung terdalam kalbunya. Dengan mata yang mendengar, kita berusaha mensetubuhi perasaan orang tersebut.

Teologi Mata

Mendengar yang sebetulnya adalah fakultas telinga (udzun), dilepas dan dipasang sebagai fakultas mata (‘ain). Tujuannya agar mata dapat mendengar panggilan (adzan) tuhan yang tersembunyi rapi di balik tuturan Wajah, yang tersirat di antara kompleksitas pengakuan survivor.

Wajah yang bicara, dengan demikian, secara tidak langsung mengajak kita untuk mendirikan solat sosial dan sujud sosial. Baru dalam kenyataan sosial, kita dapat mengalami tuhan (syuhud). Wajah yang bicara juga mengajak kita untuk bergegas menuju kemenangan, yakni untuk segera memultiplikasi peristiwa (event) Fathul Makkah, atau meminjam Aquinas: mendirikan kota tuhan (civitas dei) di bumi manusia. Jadi, adzan juga adalah panggilan sosial dan politik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam