04/04/13

Terjemahan 4



Jamuan Cinta untuk Teroris

Oleh: Gede Prama

Kebanyakan orang berbagi kesamaan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mengusir jauh-jauh sesuatu yang tak disenangi dan berebut sesuatu yang disenangi. Tidak saja dalam perang dan perpecahan, tetapi hal itu terjadi juga dalam spiritualitas. Tuhan dan orang suci disembah sedangkan setan dan pendosa dikutuk. Dan, sebagaimana telah dicatat rapi oleh sejarah, cara ini tidak menjauhkan kita dari konflik dan dukacita, tetapi mendekatkan kita kepadanya dengan kekuatan yang luar biasa. Bom teroris dan persenjataan nuklir Korea Utara merupakan beberapa bukti yang dapat dikemukakan.

Amerika serikat, semasa kepresidenan George W. Bush, dapat dijadikan contoh. Dengan kehebatannya, Amerika ingin mengakhiri terorisme dengan cara kekerasan, antara lain bahkan dengan menuduh beberapa negara lain sebagai “poros kejahatan”. Beberapa tahun berikutnya, teroris menjadi lebih mengancam, Afganistan dan Irak diperangi, bahkan Amerika sendiri mengalami kemunduran yang mengkhawatirkan. Ini menggambarkan pelajaran penting bahwa melawan kekerasan dengan kekerasan, sama saja dengan menuangi nyala api dengan bensin.

Isu tentang Pembangunan Material
Nyatanya, selalu ada penggoda pada setiap zaman. Pada era nabi Muhammad penggoda tersebut ialah Quraisy, Yudas pada era Yesus. Istri Rama diculik oleh Rahwana, Sri Krisna dipaksa terlibat dalam pertempuran oleh kerakusan Duryudana, dan Buddha hendak dibunuh oleh Devadatta. Rangkaian sejarah panjang ini menceritakan bahwa mencoba menghilangkan godaan adalah tidak berguna sekaligus menentang hukum alam. Lagipula, tidak akan pernah ada pertumbuhan tanpa godaan.

Suatu waktu seorang ayah berkata kepada anaknya, “Nak, bila engkau menjadi tua akan ada lebih banyak masalah yang engkau hadapi. Tetapi ingatlah, masalah-masalah itu tidak muncul untuk dihilangkan, karena tujuan mereka adalah mengubahmu menjadi manusia. Alam semesta sesungguhnya menjadi semakin tua, jadi muncul semakin banyak masalah, dan hanya tangan bijaklah yang sanggup mengubah kesusahan menjadi berkah pembangunan. Guru-guru yang menempuh jalan ini percaya bahwa “Ketika dukacita menyerang hati, terbitlah kasih sayang”. Bagi mereka kegelapan penderitaan tidak mengundang amarah yang membabi buta namun menyalakan cahaya kasih sayang.

Mendung Kesalahpahaman
Dalam sebuah majelis taklim di Jakarta disampaikan sebuah pesan indah, “Jangan menjauh dari orang-orang yang kasar dan jahat. Harus ada yang mendekati, peduli, dan mencintai mereka, terutama agar mereka bisa meninggalkan lingkaran gelap kekerasan.” Betapa ini merupakan undangan kebijaksanaan yang mengungkapkan ekspresi Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Seorang kakek suatu saat berbicara sambil membelai lembut rambut cucunya yang marah, “betapa pun terlukanya tubuhmu, betapa pun tertekannya jiwamu, ingatlah, jangan sekali-kali menciptakan musuh, karena musuh yang sesungguhnya adalah kesalahpahaman”.

Luangkan waktu untuk melihat teroris lebih dekat. Mereka juga dilahirkan oleh pasangan yang satu sama lain saling merangkul intim, diharapkan oleh orang tuanya menjadi orang yang berguna, diajari kedermawanan di sekolah. Mereka juga beribadah di rumah ibadah demi keselamatan. Akan tetapi, karena tidak memahami satu dua hal, mereka diselimuti oleh mendung kesalahpahaman. Selain itu, mereka bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab atas mendung tersebut. Dunia yang tidak adil, berita kekerasan, pemerintahan yang kacau, sekolah yang mengintimidasi, keluarga yang hancur, teladan yang buruk, dan iklan yang merayu hanyalah beberapa elemen dalam suatu jaringan yang mengarahkan mereka masuk ke dalam terowongan gelap salah pengertian. Menyerang mereka hanya akan menebalkan mendung, dan mengutuk korban tidak pernah diajarkan oleh agama apa pun.

Dari sudut pandang ini, dapat disadari bahwa tidaklah beralasan menimpakan seluruh kesalahan pada teroris. Memahami betapa terbatasnya pendidikan, lingkup sosial, dan pengetahuan agama mereka, kiranya lebih tepat jika kita memandang mereka sebagai korban daripada pembangkit kesalahpahaman. Ini mirip dengan orang yang marah terhadap lalat padahal rumahnya dipenuhi sampah busuk. Sebenarnya, kekerasan dan keributan yang diperbuat manusialah yang menyebabkan munculnya kekerasan teroris. Jika rumah bersih dan wangi, lalat tidak akan mengerubunginya.

Oleh karena itu, memahami bahwa kekerasan tidak dapat diatasi dengan mengutuk teroris, kinilah saatnya membersihkan rumah yang sehari-hari ditinggali. Merujuk pada ucapan seorang tetua, bagi orang baik, semua orang itu baik. Memperhatikan pesan seorang pembimbing jalan kebaikan, “Jika engkau tak dapat mencintai mereka yang memperlakukanmu dengan buruk, itu menandakan bahwa jiwamu belum sepenuhnya bangun”.

Seorang pertapa sederhana yang hatinya bergetar dan menangis tatkala mendengar bom teroris, mendengar suara guru yang berada di dalam batinnya: “Ajaklah orang-orang pulang. Kebencian, kemarahan, dan kekerasan bukan tujuan sejati. Tidak ada rumah sejati kecuali cinta dan ketulusan.” Ini mengingatkan kita bagaimana Nuh menaati suara hatinya untuk membuat bahtera raksasa meskipun pada faktanya ia hidup di gurun, dan bagaimana Ibrahim dengan segenap jiwa melakukan perintah batin untuk mengorbankan anaknya.

Dicerahi oleh wawasan spiritual ini, barangkali ada baiknya jika kita mengirim jamuan cinta untuk para teroris. Pemimpin dan tokoh masyarakat harus hati-hati karena mereka adalah teladan. Guru agama harus mengenalkan kepada muridnya ekspresi spiritual penuh cinta yang indah di awal, di tengah, dan di akhir. Orang tua harus mencintai anak-anaknya. Wartawan harus memberitakan kedamaian. Televisi harus menyiarkan program-program yang membangkitkan energi kasih-sayang. Itulah beberapa contoh bagaimana kita menghadirkan jamuan cinta untuk siapa pun yang mungkin menjadi teroris di masa depan.

Sebagai tambahan, lelaku ini membuktikan bahwa rumah batin kita sudah bersih dan jernih. Dengan pikiran ini kita menyambut masa depan yang lebih menjanjikan. Mistikus sufi Jalaluddin Rumi pernah menulis bahwa hidup seperti rumah tetirah. Tamu datang dan pergi. Tetapi, siapa pun yang saat ini menghuni, entah kebahagiaan atau kesedihan,  jangan pernah lupa menyunggingkan senyum.


Versi bahasa Inggris dari tulisan ini dapat dibaca di: http://gedepramascompassion.com/author/gedepramacompassion/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam