29/06/13

Sinopsis Bidadari Bukit Seruni


Cokro Sudibyo, setelah menjabat sebagai kades Seruni selama dua periode, akhirnya lengser. Ia ingin anak bungsunya, Palgunadi, mencalonkan diri sebagai kades Seruni dalam pilkades yang akan segera digelar. Akan tetapi, Palgunadi menolak karena berkas lamaran kerjanya ke sebuah bank negeri di Yogyakarta sedang diproses. Palgunadi mengusulkan pengganti, yaitu Kartika Maharani, istrinya sendiri, Sarjana Komunikasi Fisip UI, yang memang berkeinginan menggantikan Cokro sebagai kades. Cokro Sudibyo menyetujui usulan tersebut.

Tika, demikian panggilan Kartika, tak mengalami banyak kesulitan dalam pilkades. Pak Guru Suwardi, saingan terberatnya, tak memperoleh popularitas sebesar dirinya. Tika pun memenangkan pilkades yang diadakan di balai desa. Masyarakat Seruni larut dalam kebahagiaan karena baru kali inilah mereka memiliki kades perempuan. Mereka menyalami Tika, mengangkatnya tinggi-tinggi, mengaraknya. Palgunadi yang baru saja tiba segera menemui Tika dan mengajaknya pulang.

Sampai di rumah, Palgunadi membawa istrinya ke kamar pribadi mereka untuk merayakan kemenangan Tika berdua saja. Baru mulai saling bicara, kakak perempuan Palgunadi mengetuk pintu kamar, memberi tahu bahwa ada wartawan yang datang untuk mewawancarai Tika. Palgunadi dan kakak perempuannya meninggalkan kamar, sedangkan Tika masih di kamar, berganti pakaian, merapikan penampilan.

Saat melangkah keluar kamar, Tika melihat seekor ular hitam sebesar ibu jari menggeliat-geliat di depan pintu. Ia ketakutan, berteriak minta tolong, melompat ke atas ranjang. Orang-orang yang ada di rumah itu bergegas menuju kamar di mana Tika berada. Ketika dipukul dengan tongkat bambu oleh Prastowo dan Kadus Maryono, ular itu dapat mengelak. Cokro Sudibyo berpikir bahwa ular itu bukan sebarang ular. Ia mencabut kerisnya, merapal mantra, mengacungkannya ke arah sang ular. Ular tersebut marah dan menyerang Cokro. Yang diserang menebas putus badan ular, tetapi kepalanya terus melesat menggigit lehernya. Tak lama kemudian Cokro pun meninggal.

Kematian Cokro, kepada siapa Tika hendak berguru menjadi pemimpin yang baik, menggoncangkan jiwa Tika. Namun demikian, Tika mencoba tegar dan tabah menghadapi kenyataan itu.  Bermodal ketegaran dan ketabahan tersebut, serta bakat kepemimpinan yang dimilikinya, Tika dapat memimpin desa Seruni dengan lancar. Namun, keberhasilan Tika tak berlangsung lama. Menjelang akhir tahun kedua kepemimpinannya, Tika menerima laporan dari Kadus Warsito bahwa kemenakannya, Jarot, menyembunyikan sekardus obat-obatan terlarang di rumahnya. Masalah besar muncul: desa Seruni menjadi sarang narkotika, terpengaruh budaya metropolitan. Tika menginstruksikan Warsito agar mengumpulkan perangkat desa lain untuk memusyawarhkan hal itu besok pagi.

Malam harinya, ketika Tika menghadiri upacara pemberian nama cucu Lik Karso, seorang pemuda melapor kepadanya bahwa Kadus Warsito luka parah karena baru saja diserang segerombolan pemuda di rumahnya. Tika segera meluncur ke rumah Kadus Warsito. Warsito melapor: para penyerang menanyakan di mana kardus berisi obat-obatan terlarang yang diamankannya. Setelah dipanggil oleh Kartika, polisi datang. Suwandi, ayah Jarot, juga datang. Menyimpulkan bahwa penyerangan Kadus Warsito tentu ada hubungannya dengan Jarot, Tika bergerak menuju rumah Suwandi untuk menemui Jarot. Jarot sudah kabur dari rumah. Jarot ternyata tidak kabur dari rumah tetapi gantung diri di pohon yang terletak di samping rumah.

Beberapa waktu setelah berlangsungnya kejadian yang memukul batinnya tersebut, Tika mendapat masalah baru. Tengah malam, ketika Palgunadi sedang bekerja lembur di Yogyakarta, dalam keadaan luka-luka Rus bertamu ke rumah Tika. Rus meminta pertolongan Tika. Ia  disiksa dan hendak dibunuh oleh orang tuanya, Surosentiko. Surosentiko marah besar terhadap Rus setelah tahu bahwa putrinya hamil di luar nikah. Usia kandungan Rus sudah tujuh bulan. Tika menyembunyikan Rus di kamarnya dan merahasiakan kedatangan Rus dari seluruh penghuni rumah. Subuhnya, bersama Prapti, pembantunya yang lantaran suatu hal akhirnya mengetahui kedatangan Rus, Tika mengantar Rus berobat ke rumah sakit di Boyolali. Rus meninggal di rumah sakit. Bayinya juga meninggal. Tika meminta Prapti merahasiakan alur kematian Rus yang sebenarnya.

Kematian Rus sedikit mengubah kelakuan Tika. Tika jadi sering melamun dan keluyuran. Tika tampaknya sedang menelusuri akar semua permasalahan yang tengah dihadapinya, menyelidiki siapa dalang di balik semua masalah tersebut. Tika menemui Trisno, kekasih Rus yang pasti dapat memberinya informasi penting. Malamnya, Kadus Maryono melapor bahwa Trisno meninggal dengan cara yang sepele dan ganjil. Bersama Kadus Maryono dan Guno, Pak Lik-nya, dengan mobil Tika berangkat ke rumah duka untuk memeriksa jenazah Trisno. Bukan kematian biasa, demikian kesimpulan yang diambil setelah pemeriksaan dilakukan.

Saat akan memberi sumbangan, Tika ingat, uangnya ada di dalam tas yang tertinggal di mobil. Tika menuju mobil untuk mengambil uang. Akan tetapi, ketika membuka pintu mobil, Tika melihat seekor ular hitam sebesar ibu jari menggeliat-geliat pada kursi mobil. Kali ini Tika memberanikan diri menangkap ular tersebut dengan jaketnya.

Melihat pintu mobil terbuka dan Tika lama di sana, Kadus Maryono dan Guno cepat-cepat mendatangi Tika. Walaupun kaget dengan apa yang dilihat, mereka membiarkan Tika menangkap ular tersebut. Ular dapat ditangkap oleh Tika. Guno mengajak Tika dan Kadus Maryono mengantarkan ular itu ke tempat asalnya, rumah Surosentiko. Menyaksikan Tika dan beberapa warganya yang marah mendantangi rumahnya yang ramai karena ia sedang mengadakan upacara selamatan kematian Rus, Surosentika buru-buru keluar rumah untuk menyambut Tika.

Guno melampiaskan amarahnya, berkata: utang pati disaur pati, hutang kematian dibayar kematian. Menurutnya, Surosentikolah dalang semua kematian berturut-turut yang terjadi sejak Tika terpilih sebagai kades. Surosentikolah yang menyantet Cokro, Jarot, dan Trisno. Surosentiko sebenarnya mengirim dua ekor ular hitam sebesar ibu jari itu untuk membunuh Tika. Surosentiko memiliki dendam pribadi terhadap keluarga besar Cokro. Lamarannya meminang Palgunadi sebagai mantu, sebagai istri Rus, pernah ditolak oleh Cokro.

Guno menyuruh Tika melemparkan jaket berisi ular ke arah Surosentiko. Surosentiko berhasil menghindar. Guno tambah panas, tetapi kemudian didinginkan oleh Tika. Tika, tanpa kehilangan kewibawaan dan harga diri sebagai kades, memaafkan Surosentiko. Lingkaran setan kematian harus dihentikan. Dendam berbalas dendam harus disudahi. Dengan kewelaasihannya sebagai perempuan keperempuanannya, Tika meredakan amarah warganya yang siap menghabisi Surosentiko dan membujuk mereka mengampuni Surosentiko.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam