24/03/12

guru syukur


huruf-huruf berderap
berjalan rapi meniti garis lurus
seperti sebaris infantri
yang akan dikalungi mendali
dan menerima lencana ksatria.
kelihatan bagai parade tuhan

tidak. nyatanya tidak demikian.

huruf-huruf murung itu
mengenang perang demi perang
yang datang susul-menyusul
berlomba melukis luka pada mata ibu
mata yang sengaja dilupakan
oleh dendam sebatang handam

syukurlah. ibu adalah ibu.
dengan tabah yang anggun
dipetik dan dimakannya buah lupa
yang membusuk di pohon hayat itu.

yogyakarta, maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam