24/03/12

guru tari


biyung baring
di atas bayang
meriwayatkan
hikayat cahaya
mewasiatkan
peta airmata
menunggu subuh
bersama Rindu
yang tak butuh aduh

Yogyakarta, Maret 2012

nb: puisi ini saya dedikasikan untuk ibu. dulu dia penari. pada tahun-tahun pertama setelah menikah, dia membuka sanggar tari di kampung. dia mengajarkan tari-tari tradisional jawa kepada anak-anak tetangga. tapi karena kesulitan ekonomi, dia terpaksa meninggalkan dunianya itu, untuk membantu ayah saya menyadap karet dan berdagang. setiap kali melihat perempuan menari, saya seperti sedang melihat ibu menari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam