17/02/13

Apresiasi Puisi 2

CATATAN HARIAN SEORANG PENGEMBARA


Oleh: Iman Budhi Santosa

Kutemukan sajak, kalimat-kalimat bijak
lewat butir padi, bunga lalang, sayap merpati
ketika cahaya Ilahi memancar terang sekali.

Kutemukan pintu, celah lorong berliku
pada sebongkah batu, besi baja, dan kayu
jika kubuka mata hati yang tak pernah menipu.

Kutemukan saudara, tangan kaki berlipat ganda
di setiap manusia, hewan dan isyarat maya
jika kuterima seperti kulit daging
atau sampul tempat menuliskan nama kita

Kutemukan rumah, wajah bunda yang teduh ramah
pada untaian sejarah, warisan para nabi
ketika fatwanya terus berdenyut
di dada kiri

1995


Parafrase

Dalam pengembaraanku, ketika cahaya Ilahi memancar terang sekali, kutemukan sajak, yakni kalimat-kalimat bijak. Aku menemukan sajak lewat alam dan pengalaman nyata: butir padi, bunga lalang, dan sayap merpati.

Dalam pengembaraanku, jika kubuka mata hati yang tak pernah menipu, kutemukan pintu, yaitu celah lorong berliku. Aku menemukan pintu pada apa-apa yang dikira mati dan tak berarti: sebongkah batu, besi baja, dan kayu.

Dalam pengembaraanku, kutemukan saudara. Tangan dan kaki pun jadi berlipat ganda. Aku menemukan saudara di setiap manusia, hewan, dan isyarat maya. Itu jika mereka kuterima seperti kulit dan dagingku sendiri, atau seperti sampul tempat menuliskan nama “kita”, bukan hanya namaku sendiri.

Dalam pengembaraanku, kutemukan rumah, yaitu wajah bunda yang teduh dan ramah. Aku menemukan rumah pada untaian sejarah yang merekam warisan para nabi ketika fatwa mereka terus berdenyut di dada kiri, terus hidup di hati.

NB: puisi ini dimuat dalam antologi Matahari-matahari Kecil (Grasindo, 2004), h. 53.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam