14/02/13

mukjizat



Kalau ada yang bertanya apakah mukjizat Muhammad yang paling menakjubkan, saya akan menjawab, tanpa ragu sedikit pun, mukjizatnya yang paling menakjubkan adalah akhlaknya. Kiranya inilah salah satu sebab kenapa Muhammad terpilih menjadi imam para nabi sepanjang sejarah. Keagungan akhlak lebih bernilai bagi kemanusiaan dan peradaban daripada kemampuan menghidupkan kembali burung-burung, membelah lautan, mengendalikan angin, menyembuhkan kusta, dan semacamnya. Mukjizat-mukjizat yang tidak masuk akal dan seolah-olah menyimpang dari hukum alam sesungguhnya berfungsi untuk membangun akhlak manusia yang menyaksikannya.

Untuk menciptakan peradaban yang adiluhung, manusia membutuhkan teladan konkret, model yang dapat dengan mudah ditiru. Sebab, tidak setiap manusia mampu melakukan abstraksi etik secara sistematis serta menerjemahkannya dalam realitas kehidupan sehari-hari, yang kadang tidak sesederhana yang dibayangkan, tetapi kadang tidak pula sekompleks yang dipikirkan.

Lalu, bagaimana akhlak Muhammad? Saya tak kenal betul dengan Muhammad. Sangat sedikit pengetahuan saya mengenai sejarah hidupnya. Saya hanya pernah mendengar bahwa ‘Aisyah suatu kali ditanya bagaimana akhlak Muhammad, kemudian ia menjawab: kaana khuluquhu al-Qur’an; akhlak Muhammad adalah al-Qur’an. Jika hikmah al-Qur’an diterapkan dengan benar dalam kehidupan sehari-hari, itulah akhlak Muhammad. Keterangan ini masih terlampau umum. Saya akan mencoba menjabarkannya, sebisa dan sepaham saya.

Tak cuma menghargai musuh-musuhnya karena alasan kepantasan, Muhammad bahkan menyayangi musuh-musuhnya tersebut. Level menyayangi berada di atas level kasihan, apalagi rasa ora kepenak. Rasa sayang terhadap musuh hanya dipunyai oleh pemaaf yang ikhlas yang di dalam hatinya tidak dijumpai sebercak pun noda dendam.

Kalau pun Muhammad membalas kezaliman musuh-musuhnya, itu dilakukkannya demi menegakkan keadilan dan hukum, bukan untuk melampiaskan dendam. Dendam adalah nilai yang secara tidak disadari telah mengilhami kehidupan masyarakat Arab jahiliyah. Muhammad menolak dendam sebagai acuan normatif. Misi Muhammad adalah merombak tata nilai masyarakat jahiliyah. Perombakan itu dilaksanakan antara lain dengan menyingkirkan dendam dari tata nilai mereka, untuk kemudian digantikan dengan kasih-sayang.

Namun demikian, ternyata cara Muhammad membalas kezaliman musuh-musuhnya pun unik, aneh, ajaib, dan tidak masuk akal. Itu dapat kita saksikan dalam peristiwa revolusi Makkah yang terjadi pada fase puncak perjuangannya menyebarkan Islam. Berhasil menguasai Makkah, Muhammad menjatuhkan sanksi kepada musuhnya-musuhnya dengan mengampuni tindak sewenang-wenang yang selama puluhan tahun secara konsisten mereka tujukan kepada Muhammad dan para sahabatnya. Ajaibnya lagi, Muhammad malah memberi mereka bantuan keuangan. Tak mungkin disangsikan, kasih-sayang Muhammad terhadap musuh-musuhnya adalah sebenar-benarnya mukjizat. Inilah sumber pesona Muhammad lantaran mana ia begitu dikagumi dan dirindukan baik oleh manusia sezamannya maupun oleh manusia yang lahir beribu tahun setelah ia meninggal.

Keahlian Muhammad dalam hamemayu hayuning manungsa, ngewongke wong, mengapresiasi the others, atau memanusiakan manusia juga merupakan bagian dari mukjizatnya yang luar biasa. Muhammad adalah seorang pemalu yang selalu menjaga nama baik orang lain di hadapan publik. Muhammad tidak mau menjatuhkan orang lain dengan membunuh karakternya, dengan menfitnahnya, atau dengan membocorkan rahasia aibnya. Ia merahasiakan aib orang lain. Ia menghimbau agar sahabat-sahabatnya saling menjaga kerahasiaan aib masing-masing. Muhammad melarang umatnya berghibah, menggunjing, menggosip, dan memfitnah. Keahlian Muhammad dalam memanusiakan manusia membuat siapa pun merasa aman apabila berada di sampingnya. Muhammad tidak membuat galau orang-orang di sekitarnya. Ia justru mengobati kegalauan mereka.

Ketika Muhammad mengacuhkan seorang perempuan buta yang dengan segenap jiwa datang menemuinya, Tuhan menegur Muhammad. Muhammad merasa sangat berdosa karena tidak memperhatikan kehadiran perempuan buta tersebut, juga kerena telah tidak membuat perempuan buta tersebut merasa hadir dan bermakna. Muhammad merasa bersalah karena telah melupakan eksistensi the others.

Muhammad melayani tamu-tamunya dengan kemurahhatian yang tak terkira. Waktu seorang tamunya bercerita bahwa dia sekelurga sudah lama tak makan, Muhammad memberinya setandan kurma. Padahal ia juga membutuhkan setandan kurma itu, bahkan sangat membutuhkan, karena merupakan satu-satunya makanan yang dimilikinya pada hari itu. Apabila didatangi tamu sedangkan ia sedang salat, Muhammad menyegerakan salatnya, lantas bergegas menyambut tamunya.

Kita masih dapat mengumpulkan lebih banyak lagi bukti keagungan akhlak Muhammad. Semakin banyak menemukan bukti-bukti itu, kita akan semakin mengenal Muhammad, serta akan semakin yakin bahwa akhlak Muhammad adalah mukjizatnya yang terbesar. Karena keagungan akhlaknya, umat manusia sepanjang zaman memujinya, merindukannya, meneladaninya, mengiriminya doa dan salawat. Tuhan dan malaikat pun bersalawat baginya. Muhammad memang layak menyandang nama Muhammad, yang terpuji di langit dan di bumi, sepanjang masa. Allahumma shalli ‘ala muhammad....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam