02/04/11

Sepotong Layla, Sepenggal Majnun


...
...

Di antara anak-anak dari berbagai kabilah, terlihat seorang gadis cantik berusia belasan tahun. Wajahnya anggun mempesona, lembut sikapnya dan penampilannya amat bersahaja. Gadis itu bersinar cerah seperti mentari pagi, tubuhnya laksana pohon cemara, dan bola matanya hitam laksana mata rusa. Rambutnya hitam, tebal bergelombang.

Gadis yang menjadi buah bibir dan penghias mimpi pemuda itu bernama Layla. Ya, bukankah Layla berarti malam, seperti warna rambutnya? Bila seorang pemuda menatap parasnya, pasti jiwa si pemuda akan gelisah dan wajh lembut itu akan tetap terkenang hingga ajal menjelang. Apalagi bila menatap pipinya nan seperti rembulan menyinari gurun Arab, tentu jantung mereka akan berhenti berdetak. Laksana Zulaikha yang terpesona melihat ketampanan Yusuf, semua lelaki yang memandang pasti terpikat oleh pesona dan kecantikan gadis yang sedang tumbuh mekar itu. Cahaya gadis itu benar-benar mempesona, jikalau matahari tidak terbit, cukuplah wajah Layla yang menggantikan sinarnya. Bila rembulan enggan datang di malam hari, kelembutan wajah Layla sudah cukup untuk menyejukkan bumi.

Apatah lagi, gadis yang menjadi cahaya malam itu dikaruniai kecerdasan, kefasihan lidah dan memiliki kemampuan yang mengagumkan dalam merangkai madah. Lengkaplah sudah kesempurnaan dan kemuliaan yang ia miliki.

Kemanapun Layla pergi, kawan-kawannya pasti menemani, seolah ingin memungut sisa-sisa pesonanya. Dan para pemuda, berlomba-lomba menarik perhatiannya, berusaha menawan hati bunga nirwana itu. Pesona wajah Layla bagai pusaran angin beliung yang bisa menyedot semua benda yang tertanam di bumi. Ia adalah mahkota bangsa Arab, yang dipuja dan dikenang selalu. Andaikata seorang pemuda tidak mampu menatap wajahnya, maka mendengar namanya saja sudah cukup untuk mengembalikan gairahnya yang hilang.

Qays sendiri sejak pertamakali melihat pancaran keindahan itu, jiwanya langsung bergetar. Ia seperti merasakan bumi berguncang dengan hebat, hingga merobohkan sendi-sendi keinginanya untuk menuntut ilmu. Qays belum pernah melihat keindahan yang menakjubkan di bumi seperti keindahan paras Layla. Dan Qays benar-benar telah jatuh hati pada Layla, sang mawar jelita. Keharuman cinta telah menghancurkan ketenangan pikirannya. Gejolak gairah cinta dalam jiwa membuatnya kehilangan akal sehat, hingga lupa belajar dan lupa makan. Setiap detik, tiada yang melintas di angannya, kecuali mata indah Layla. Tiada suara yang lebih merdu daripada suara Layla.

Saat menatap wajah Layla, ribuan kata ingin keluar dari bibirnya, namun apalah daya bibir tak mampu bergerak untuk melukiskan keagungan cinta. Nyala api asmara dalam hati semakin lama semakin berkobar. Kebiasannya kini hanya melamun dan merangkai syair.

Berlalu masa, saat orang-orang meminta pertolongan padaku
Dan sekarang, adakah seorang penolong yang akan
mengabarkan rahasia jiwaku pada Layla?
Wahai Layla, cinta telah membuatku lemah tak berdaya
Seperti anak hilang, jauh dari keluarga dan tidak memiliki harta
Cinta laksana air yang menetes menimpa bebatuan
Waktu terus berlalu, dan bebatuan itu akan hancur,
berserak bagai pecahan kaca
Begitulah cinta yang engkau bawa padaku
Dan kini hatiku telah hancur binasa
Hingga orang-orang memanggilku si dungu yang
suka merintih dan menangis
Mereka mengatakan aku telah tersesat
Duhai, mana mungkin cinta akan menyesatkan
Jiwa mereka sebenarnya kering, laksana dedaunan
diterpa panas mentari
Bagiku cinta adalah keindahan yang membuatku tak
bisa memejamkan mata
Remaja manakah yang dapat selamat dari api cinta?

Qoys tidaklah menggantang asap, bertepuk sebelah tangan. Layla mawar jelita di taman nirwana itu sudah tertarik pada Qays sejak pertamakali berjumpa. Gadis itu melihat pesona yang memabukkan pada diri Qays. Baginya Qays seperti gelas minuman, semakin dipandang semakin haus. Sama seperti Qays, kekaguman Layla pada pemuda impiannya itu hanya mampu diungkapkan melalui syair.

Dan semua yang tampak dari manusia adalah kebencian
Namun cinta telah memberi kekuatan pada manusia
Orang-orang yang mencemooh hubungan kita
Sesungguhnya mereka tidak tahu, bahwa asmara tersimpan di dalam hati

Pun cinta sudah mengakar dalam hati keduanya, tetapi mereka tidak ingin orang lain mengetahui hubungan itu. Cinta ibarat bungan mawar, jika tak hati-hati akan tertusuk duri. Dan duri dalam cinta sakitnya tak terkira. Belum pernah ada tabib atau obat mujarab yang mampu menyembuhkan luka karena duri cinta.

Dari waktu ke waktu cinta tumbuh subur dan berbunga harum di dalam taman hati Qays dan Layla. Tetapi jiwa mereka masih malu-malu, lidah mereka kelu, hingga tiada kata-kata indah merayu yang terucap, hanya mata mereka yang berbicara. Ketika kedua pasang mata saling menatap, maka sabda jiwa mereka tak mampu disembunyikan lagi. Melalui pancaran mata, jiwa mereka seolah mengatakan tidak ingin berpisah, sembari merasakan kehangatan cinta.

Memang begitulah madu asmara, tiada yang lebih indah selain khayal dan harapan. Qays maupun Layla tidak peduli lagi pada pelajaran. Saat teman-teman mereka tekun belajar, kedua insan itu hanya terdiam saling menatap, berusaha membaca apa yang tersirat dari orang yang dicintai. Saat yang lain berpikir dan berusaha keras agar menjadi orang hebat, dua kekasih itu hanya berpikir tentang cinta. Saat teman lain berusaha menerapkan apa yang dipelajari dari buku, jiwa mereka melantunkan bait pujian. Bagi mereka, pengetahuan tidak lagi menarik untuk dibanggakan. Mereka hanya merasakan manisnya cinta, dengan melukiskan ghazal pada mata masing-masing.

Bila panah cinta telah menghunjam hati dan jantung, maka tiada yang dapat dilakukan kecuali mengikuti jalan cinta. Dalam cinta keindahan menyimpan kepahitan, dan dalam kegetiran terselubung rasa nikmat. Hanya cinta yang memenuhi pikiran si pemuda dan si gadis. Kedua insan itu larut dalam pesona cinta yang nikmat, dihiasi dengan senyum dan tangis rindu. Mereka melewatkan waktu hanyut dalam bahasa jiwa, terkesima dengan cinta yang ada di dalam hati. Mereka seolah berada di taman surgawi dengan gemericik air nan sejuk mengalir. Jalan yang mereka lalui seperti dihiasi berbagai macam bunga yang indah dan harum, dan kata-kata mereka sehangat udara musim panas. Bagi mereka, matahari seolah diciptakan karena cinta, rembulan bersinar juga karena cinta. Dan bila tidak ada cinta, maka mustahil air laut mencapai pantai. Begitulah khayalan pemuda yang sedang ditawan cinta.

Setiap tatapan mata adalah ungkapan perasaan dalam hati, karena cahaya mata mampu mengungkapkan ribuan kata pujian yang tak mampu diucapkan oleh lidah. Qays yang melihat kecantikan, kelembutan, dan keanggunan Layla, membuatnya terbakar oleh api asmara. Siang dan malam hanya Layla yang dia kenang dan impikan. Ibarat perahu, hanya pada diri Layla jiwa Qays dapat berlabuh.

Mampukah seorang lelaki menyembunyikan hasrat, seolah tidak terpengaruh apapun, ketika melihat rambut hitam ikal mayang, bibir berkilauan bak batu rubi, mata hitam bercahaya dan jernih, seperti cahaya rembulan di malam hari? saat melihat pesona yang memikat hati seperti itu, jiwa pemuda pasti akan gelisah tak menentu. Melihat keajaiban seperti itu, tentu seorang pemuda akan bersedia mengelilingi tujuh samudera, asal bisa mendapatkannya.

Sedang bagi Layla, Qays adalah pencuri budiman. Apalagi yang dapat dilakukan seorang gadis yang hatinya telah tercuri, kecuali selalu ingin bertemu dengan si pencuri. Syair-syair Qays bagai angin lembut yang membuatnya terhanyut dalam buai kerinduan. Atau bagai riak air laut yang menghanyutkan pasir-pasir jiwanya. 

*** 
...
...

(Syekh Nizami, penggalan Bab II Layla Majnun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam