18/05/11

Di negeri “X”, pada suatu hari

(Mungkin Menjelang Kiamat)

Sungsang. Negeriku sudah jungkir-balik. Orang jahat dipuja-puja, disanjung-sanjung. Orang baik dicaci-maki, ditendang-tendang. Raja turun ke langit naik ke bumi, bukan naik ke langit turun ke bumi. Pejabat mengharap hak yang dioverdosiskan dan melupakan kewajiban, rakyat melupakan hak  dan dikejar-kejar kewajiban yang dioverdosiskan. Tuhan dihantu-hantukan, hantu dituhan-tuhankan. Orang tua jadi anak-anak, anak-anak jadi orang tua. Laki jadi perempuan, perempuan jadi laki. Jongos jadi bos, bos jadi jongos. Anak mengasuh ibu, ibu menyusu anak. Rendah hati dikira rendah diri, rendah diri dikira rendah hati. Beragama dianggap ateis, ateis dianggap beragama. Berilmu disangka goblok, goblok disangka berilmu. Guru pandir dibilang pandai, murid arif dibilang iblis. Imam dituduh preman, preman disebut imam. Garong dikerubuti bagai wali, wali dikucilkan bagai garong. Dan waduh, anjing pun takut pada kucing, kucing pun takut pada tikus.

Mengalami kenyataan-kenyataan itu, saya ingin menulis cerita tentang segala hal yang terbolak-balik. Saya sudah menyiapkan beberapa ide cerita. Berikut saya deretkan ide-ide tersebut.

1.    Ayam-ayam ngorok sepanjang pagi hingga senja. Ketika petang datang, mereka bangun, dan berkukuruyuk sahut-menyahut. Semalam suntuk mereka begadang mencari makan.

2.    Kupu-kupu menganyam kepompong  lalu meringkuk di dalamnya. Sedetik kemudian ia bermetamorfosis menjadi ulat. Semenit kemudian bermetamorfosis lagi jadi telur. Sejam kemudian hilang tersapu angin. Tak berbekas.

3.    Orang-orang berjalan dengan kepala. Melihat dengan dengkul. Berpikir dengan perut. Berak dengan mulut. Makan dengan kaki. Minum dengan hidung. Nyemil dengan telinga. Berbicara dengan ketiak dan selangkangan. Mereka berjalan mundur dalam tidurnya. Mereka termimpi-mimpi dalam jaganya. Mereka bernapas dalam kematian. Mereka membangkai dalam kehidupan.

4.    Matahari terbit di barat, terapung-apung bingung mengarungi langit yang koyak, oleng terserimpung puting beliung, dan tenggelam di timur. Kasihan  betul itu matahari. Entah bagaimana nasibnya kini. Mungkin mati.

5.    Laut pun kering. Sebab air terbirit-birit melarikan diri kembali ke sungai, ke lereng, ke gunung. Gunung pun kelebihan muatan, dan meledak, memuntahkan lahar dingin. Banjir datang. Tapi laut keburu merajuk. Ia tak sudi rujuk dengan hukum alam. Ia ingin tetap kering. Ia lebih suka kering karena dengan begitu bisa terbebas dari kewajiaban menjaga harmoni alam.

6.    Talas berbunga meniru teratai, teratai berumbi meniru talas. Bakau tumbuh di pegunungan. Cemara tumbuh sepanjang pantai. Gabus berenang di air asin. Cakalang berenang di air tawar. Penguin bermain-main di sahara. Beruk dan kera bersukaria di kutub utara.
 
7.    Ular terbang, menggantikan peran burung dan kelelawar. Siulnya aduhai merdunya. Ia sudah pensiun dari tugas merayap dan mendesis. Seperti kolibri, ia kini menjadi vegetarian penghisap madu. Indah sekali pemandangan itu sehingga keponakanku yang baru berumur tiga tahun ingin mengelus-elus kepalanya, menciumi bibirnya, menjilati lidahnya, meraba-raba taringnya, dan merengek minta difoto bersamanya.

8.    Awan haus. Kerongkongannya kerontang. Ia segera meminta tanah untuk menguntal setitik dua rintik hujan, sekadar obat dahaga. Ia berdoa moga-moga hujan cepat jatuh ke langit. Namun, siapa sangka hujan juga ternyata sedang kehausan.

9.    Api terlalu dingin seperti salju, sementara salju terlalu panas seperti api. Maka orang-orang berlomba menjadi ibrahim untuk bermain api. Mereka tak terbakar, karena barangkali mereka setan yang berwujud ibrahim. Barangkali. Barangkalau.

Ada yang berniat menyumbang ide lainnya? Dipersilahkan. Akan diterima dengan sedih hati, dengan dada yang sempit sekali.

1 komentar:

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam