10/05/11

the mystery of bantul

Bantul. Bagi saya kabupaten itu terlalu banyak menyimpan misteri, terlalu wingit. Pada gempa Jogja 2006 silam, Bantul adalah dareah yang mengalami kehancuran paling parah. Banyak sekali nyawa bergelimpangan. Aura wingit Bantul pun bertambah.

Di Bantul terdapat titik pertemuan tiga sungai keramat di Jogja. Kalau tidak salah ketiga sungai keramat itu adalah Kali Code, Selokan Mataram, dan Kali Gajah Wong. Sering, pada malam-malam tertentu, para penganut kebatinan Jawa mandi kungkum di titik pertemuan tersebut. Konon, ada pula yang asyik bertapa di tepiannya.

Di Bantul juga bermukim, menurut hemat saya, kelewat banyak seniman. Beberapa pusat kebudayaan terletak di sana. Ini sangat aneh. Kenapa para seniman itu, entah sengaja atau tidak, harus terkonsentrasi di Bantul?

Tiap kali jalan ke Bantul, saya seperti sedang memasuki kompleks keraton Solo. Saya merasakan aura wingit yang sama antara Bantul dan kompleks keraton Solo. Dua wilayah ini sangat puitik, sepuitik lereng Merapi, Segara Kidul, Borobudur, dan mungkin percandian Ratu Boko. Saya katakan "mungkin" lantaran saya belum pernah berkunjung ke percandian Ratu Boko. Tetapi foto-foto yang menggambarkan panorama percandian Ratu Boko selalu menggoda saya untuk menulis puisi.

Ah, itu sih mistik? Bukan. Bukan mistik biasa. Namun mistik yang misterius dan karenanya selalu mengundang pertanyaan dan selalu meminta dikelanai. Saya percaya puisi lahir dari misteri semacam ini.

Saking ingin tahu seluk-beluk Bantul, saya sempat bertanya kepada seorang kawan yang kuliah di jurusan sejarah.

"Ada tidak buku yang menjelaskan sejarah Bantul?"

Karena heran, dia balik tanya. "Kenapa tiba-tiba ingin membaca sejarah Bantul? Setahu saya tidak ada buku seperti itu."

"Ah tidak. Bantul hanya terlalu misterius buat saya."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam