26/05/11

seperti para penyair

sejak dulu, saya ingin mengarang cerita, satu saja. niatan saya itu belum pernah kesampaian. entah karena angin apa, ketika saya termenung sendirian di kamar kos, saya ingin mengetik. dan jadilah untai kalimat di bawah ini. barangkali himpunan kalimat ini akan saya ramu menjadi sebuah cerpen monolog. semoga, kelak, entah kapan, saya bisa menyambung halaman rumpang ini.



Tidak, tuan. Tidak, nyonya. Saya tidak begitu. Saya lahir di lingkungan di mana tata krama dan sopan santun dijunjung tinggi. Saya menghormati yang lebih tua yang rendah hati. Saya mengapresiasi yang lebih muda yang percaya diri. Adapun bila saya terlihat ugal-ugalan dan urak-urakan, ceplas-ceplos semau-gue, bertampang preman plus gelandangan, itu hanya demi menebar dan menabur tradisi ilmu dan tradisi spiritual. Tanpa kemerdekaan yang cukup, ilmu dan spiritual tak akan tumbuh subur, justru mungkret, dan layu, dan mati. Kemerdekaan merupakan bensin bagi keberanian. Keberanian adalah prasyarat terciptanya kritik. Dengan kritik, ilmu dibangun. Dengan kritik pula, budaya dikembangmajukan. Dengan kemerdekaan, kita makmur dan bahagia.

Tidak, bapak. Tidak, ibu. Kata-kata saya tidak terlalu tinggi dan tidak susah dimengerti. Kata-kata saya adalah kata-kata sehari-hari yang amat diperlukan hadirnya dalam kehidupan sehari-hari. Saya pun adalah orang sehari-hari, orang biasa saja, yang tidak pernah jera berbuat salah dan bertindak jahat terhadap orang lain, yang masih suka bernegatif thinking dengan orang lain.

Tidak, saudaraku. Tidak, sahabatku. Saya tidak menginginkan kursi, kehormatan, penghargaan, tepuktangan, dan sebagainya. Ini barangkali naif dan mustahil untuk jaman yang sudah gemblung ini. Tetapi saya, karena ketakutan, kecemasan, dan kewajiban tertentu, harus mencobanya, harus mencobanya. Jika saya tidak mencobanya, batin saya bergolak. Saya tidak tenteram dengan golakan batin itu. Bila ada yang tidak memercayai saya dan bila tidak ada yang memercayai saya, toh wajar-wajar saja. Saya lebih suka dikira sombong dan bohong daripada dikira rendah hati dan jujur. Pujian bagi saya adalah pintu bencana dan marabahaya. Sedang kritik bagi saya adalah jembatan berkah dan harapan.

Tidak, kawan, tidak. Saya tidak ingin berpolitik. Saya telah sebisa mungkin melepaskan diri dari ambisi politik. Saya tidak sedang memburu untung. Saya tidak ingin meraih kedudukan apa pun. Kedudukan adalah tanggungjawab untuk memimpin. Sementara batin saya lemah sekali. Saya gampang tergoda oleh puji dan puja. Saya mudah marah karena cela dan hina. Saya tidak percaya diri, tidak konsisten, dan mudah sekali merajuk dan putus asa. Saya tidak pantas menjadi pemimpin. Saya masih belajar mengendalikan diri dan menetralisir kepentingan pribadi. Kepentingan bersama atawa republik atawa kemaslahatan umat adalah istilah-istilah yang tidak bisa dijangkau akal saya. Saya tidak punya kesaktian untuk memandang jauh ke depan, menapaktilas ke masa lampau, dan menganalisa kondisi saat ini. Saya pemecahbelah dan bukan perekat. Saya orang yang setengah-setengah dan bukan penengah yang arif. Saya tidak mahir berkomunikasi dan selalu kesulitan memahami orang lain. Bahkan saya belum bisa memahami diri sendiri, dan oleh karena itu, saya belum adil terhadap diri sendiri, apalagi orang lain.

Saya lemah dan tidak dapat merancang rencana-rencana, program-program, planning-planning. Pikiran saya cetek. Saya bodoh dan polos. Saya pasrahkan laju hidup ini pada yang Empunya saja. Ia perintah ke kanan, saya bergerak ke kanan. Ia perintah ke kiri, saya bergeser ke kiri. Ia perintah saya untuk merayap, saya akan dengan senang hati merayap. Ia perintah saya naik ke angkasa sekadar membelah bulan atau memetik bintang, saya akan mengerjakannya dengan senyum. Ia panggil saya untuk  beruzlah dalam gua, saya akan tafakur di dalamnya dengan tenang. Ia panggil saya untuk menanam padi dan menyemai bibit, saya akan melakukannya dengan sukarela. Ia suruh saya berjualan di pasar, saya akan berjualan dengan gembira. Tetapi dengan bertindak demikian, saya tidak sedang mencuci tangan dari salah dan dosa. Di dalam diri saya terdapat setan-setan. Bahkan kerapkali saya anggap diri saya ini setan yang bakal membawa Tuan dan Nyonya ke jurang malapetaka, ke lembah dukalara yang kelam.

bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam