14/10/11

air 14


 
/1/

batu berlayar di permukaan air
minyak menyelam ke dasar sungai
serpih gabus beterbangan di dalam telaga
seperti para sriti yang melayang-layang ketika petang
dan betapa wahnya,  bapak tua itu berjalan di atas air
gegas sekali menyalip rakit yang sedang menyeberang

tetapi air mata gadis kecil
berkulit butek berambut parau itu
masih turun dengan lebat
tangisnya semakin deras
raungnya bertambah keras

luka membasahi
telapak tangan dan sekujur kakinya.
lupa menggenangi
jalanan kampung yang dilaluinya.

/2/

hujan tidak selamanya tuhan.

/3/

ada air yang anyir, ya itu darah, kata ibuku.
oktober. sekarang musim darah, kata guruku.

jambi, 10 oktober 2011

nb:
ranggawarsita, juru baca buta kita itu,
memang benar: cuma sepincuk bisu yang kita dengar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam