21/03/15

hikayat polisi tidur

polisi tidur, di negara kita, barangkali ada di jalan beraspal di daerah mana pun. tapi, dugaan saya, yogya merupakan daerah dengan jumlah polisi tidur terbanyak. hampir di setiap bukan jalan utama, kendaraan bermotor yang kita naiki harus terantuk polisi tidur. 

jarak polisi tidur yang satu dengan lainnya bervariasi. ada yang ratusan meter, tapi ada pula yang belasan, bahkan beberapa, meter saja. tinggi dan lebarnya pun bervariasi. yang paling rendah barangkali 3 cm, dengan lebar tidak sampai 5 cm. tapi, ada juga polisi tidur yang bikin jengkel, tingginya mungkin mencapai hampir 20 cm, lebarnya lebih kurang 1 meter. kalau mobil sedan dan motor metik melewatinya, bagian bawah kendaraan yang dirancang untuk jalan yang rata itu, pasti bergesekan dengan puncak polisi tidur.

mengapa banyak polisi tidur di yogya? seorang khatib, asli orang yogya, dalam ceramah jumatnya menjelaskan hal ini. menurutnya, kronologi kebangkitan polisi tidur adalah sebagai berikut. 

setelah kemerdekaan, yogya berkembang menjadi kota besar. perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, tumbuh bagai cendawan di musim penghujan. entah berapa banyak anak muda, dengan latar belakang budaya bukan jawa, berduyun-duyun memasuki perguruan-perguruan tinggi tersebut. mereka tinggal di pondokan pelajar yang ditawarkan warga setempat. yang menyewa rumah, juga banyak. demi menunjang kegiatan belajarnya, mahasiswa-mahasiswa luar jawa dibekali kendaraan bermotor, sebagian besar motor, sebagian kecil mobil. 

ada yang mengendarai motor dengan menarik tuas gas semaunya sendiri. itu juga mereka lakukan di malam hari, ketika warga beristirahat. mulanya warga memberi peringatan kepada mahasiswa tak tahu tata krama itu. tapi, lama kelamaan, peringatan itu kehilangan kesaktiannya. mahasiswa berkendara secara gila lagi. entah terinspirasi dari mana, warga kemudian mewujudkan gagasan cerdasnya: mencegah kebut-kebutan motor dengan membuat polisi tidur. sedikit polisi tidur saja, ternyata tidak efektif. maka, diperbanyaklah jumlah polisi tidur. 

jadi, polisi tidur sebenarnya strategi orang yogya untuk mengatasi masalah lalu lintas, ketertiban, dan kenyamanan. stretegi itu muncul karena komunikasi sudah buntu. sebabnya, mahasiswa pendatang tidak paham dengan budaya orang yogya. sebaliknya, orang yogya menilai orang lain menurut ukuran budayanya sendiri. sebab kedua, aparat pemerintah kurang baik kerjanya. tidak begitu berfungsi. aparat pemerintah yang baik akan mengumpulkan kedua belah pihak, warga asli dan mahasiswa pendatang, untuk berembug sehingga satu sama lain saling memahami.

jika forum silaturahmi seperti itu ada, polisi tidur tak perlu ada. yogya butuh bukan polisi tidur, tetapi forum silaturahmi. polisi tidur tidak menyelesaikan masalah. saya yakin, warga asli sendiri, jujur sajalah, tersiksa oleh gangguan tetap polisi tidur. lagipula, kan tidak lucu, daerah yang menjual diri sebagai tujuan pariwisata punya jalan dengan polisi tidur begitu banyak. perjalanan wisata pelancong pasti terganggu. polisi tidur bisa merusak citra yogya di manca negara.

manfaat forum silaturahmi banyak. tidak hanya untuk membicarakan masalah kenyamanan dan ketertiban kampung sehubungan dengan tata tertib berkendaraan. dia juga dapat kita gunakan sebagai forum untuk membicarakan masalah sosial yang hari-hari ini bikin orang yogya semakin pusing: kriminalitas anak dan remaja, pernihakan usia dini, konsumsi miras dan narkoba, seks bebas, hingga penyebaran paham islam radikal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam