11/03/15

QS Hud 84-95

mengapa bangsa madyan dibinasakan?

hakikatnya, korupsi adalah mencuri. tapi, dibandingkan dengan pencurian pada umumnya, korupsi punya ciri khasnya sendiri. pada korupsi, juga ada dusta. koruptor memanipulasi tindak pencuriaannya sehingga tampak bukan sebagai pencurian. jadi, korupsi merupakan pencurian dengan metode yang canggih.

penyakit korupsi ini, ketika syuaib menyerukan pesan tauhid, telah merajalela, bahkan mengakar, di kalangan bangsa madyan. korupsi sudah menjadi budaya. ideologi atau pandangan hidup bangsa madyan, yang terbangun dari teologi politeistik, membenarkan dan mengesahkan perilaku korupsi. 

pedagang atau pengusahanya, mempermaikan timbangan demi mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. pemimpin atau penguasanya, mendukung dan melindungi mereka. para pedagang itu tak memedulikan kerusakan (fasad) yang diakibatkan oleh perilaku curang dan jahatnya. bahwa korupsi merugikan orang lain, mereka tak peduli. mengapa mesti peduli, toh penguasa mendukung mereka, lagipula ideologi dan paugeran yang diturunkan darinya, melegitimasi korupsi yang mereka lakukan.

korupsi yang telah membudaya dan terjadi pada semua ranah dan tingkat sosial menciptakan barisan korban. mereka adalah rakyat bawah, wong cilik, yang tenaga, keringat, bahkan darahnya dihisap oleh para koruptor. kecil sekali kesempatan yang mereka miliki untuk mendaki ke tangga sosial yang lebih tinggi. bukan mengalami mobolitas sosial ke atas secara teratur, mereka justru kadang jatuh tergelincir ke tangga sosial yang lebih rendah. hari demi hari, mereka harus menghadapi masalah ekonomi yang sulit dicari jalan keluarnya. 

syuaib, meskipun keluarganya kuat secara ekonomi, bahkan terpandang di kalangan bangsa madyan, ternyata adalah bagian dari wong cilik tersebut. apakah pesan dari kenyataan rancangan Allah ini? bahwa syuaib adalah bagian dari wong cilik, itu bukan kebetulan. islam, agama nabi syuaib, berpihak kepada wong cilik, kepada korban. islam datang untuk membebaskan mereka dari belenggu sistem nilai dan sistem sosial yang diskriminatif. senjata ideologis yang dapat dengan efektif digunakan untuk melaksanakan misi profetik ini adalah ajaran tauhid. 

jadi, tauhid sesungguhnya mengandung dimensi sosial. ada sistem sosial busuk dan merusak (fasad) yang hendak direformasi (ishlah) oleh nabi dan rasul, antara lain syuaib, yang ditugaskan untuk menyerukan pesan tauhid. dengan demikian, tauhid tidak hanya berkaitan dengan masalah semacam jilbab, miras, dan lokalisasi pelacuran, juga qunut, wirid, dan rakaat salat tarawih.  tauhid adalah teologi pembebasan yang mengemban fungsi liberatif (nahi munkar). sebenarnya, fungsi liberatif ini, kalau kita kaitkan dengan konsepsi pandangan profetik kuntowijoyo, hanyalah salah satu fungsi tauhid. fungsi yang lain adalah humanisasi (amar ma'ruf) dan transendentalisasi (iman). 

karena itu, seruan tauhid syuaib adalah sebentuk gerakan sosial yang berakar pada ideologi yang efektif. untuk menghancurkan budaya korupsi bangsa madyan, pada gilirannya juga untuk membebaskan wong cilik negeri madyan yang menjadi korban korupsi, syuaib mengimbau penguasaha, penguasa, pendeknya pembesar-pembesar bangsa madyan, untuk hanya menyembah Allah, satu-satunya tuhan, dan meninggalkan tuhan-tuhan yang sudah disembah sejak zaman nenek moyang.

sebagaimana dapat diduga, mereka menampik imbauan syuaib. mengapa mereka menampiknya padahal syuaib telah menunjukkan bayyinah? 

pertama, seruan tauhid syuaib mengancam kemapanan dan kenyamanan mereka dalam berkorupsi, lagipula syuaib pun terang-terangan melarang mereka berkorupsi. sasaran tembak seruan tauhid adalah ideologi politeistik yang, seperti telah disebutkan di atas, melegitimasi budaya korupsi bangsa madyan. itulah sebabnya, pembesar-pembesar bangsa madyan menafsirkan seruan tauhid secara ekstrem sebagai tantangan terbuka untuk berperang. padahal, syuaib tidak bermaksud mengajak berperang. tujuan beliau adalah mengadakan reformasi (ishlah), ya reformasi ideologi, ya reformasi sosial. alasan kedua mengapa mereka menampik seruan tauhid adalah karena syuaib merupakan bagian dari wong cilik yang lemah secara ekonomi. beliau tidak termasuk ke dalam golongan pembesar. mereka gengsi menerima dan mengikuti kebenaran yang berasal dari wong cilik. 

kegengsian seperti ini adalah unsur inheren dalam tata nilai materialistis yang menimbulkan dan melestarikan budaya korupsi. korupsi tidak disebabkan oleh himpitan ekonomi, melainkan dirangsang oleh nafsu untuk memiliki sebanyak-banyaknya kekayaan. dengan kata lain, korupsi disebabkan oleh kerakusan. kerakusan sendiri pada mulanya muncul karena kecemesan yang berlebihan dalam menghadapi ujian duniawi. 

sementara itu, pangkal dari kecemasan tersebut adalah pertama, ketidaktahuan dan ketidakyakinan kita akan hakikat kehidupan. kehidupan tidak sebatas kehidupan di dunia ini saja. ada kehidupan lain, setelah kehidupan dunia, yang kekal. 

kedua, ketidaktahuan dan ketidakyakinan bahwa satu-satunya tuhan adalah Allah dan bahwa Allah itu pemurah, pengasih, dan penyayang, memberi rizki secara adil kepada segenap makhluknya. maka, hal pertama yang dilakukan syuaib untuk mereformasi sistem sosial negeri madyan adalah mengobati hati bangsa madyan dari penyakit kecemasan dan kerakusan dengan ajaran tauhid. teknisnya, dengan pendidikan karakter, yaitu menamankan iman ke dalam sanubari mereka.

tetapi para pembesar bangsa madyan, yang gagal memahami bahwa syuaib berdakwah tidak hanya untuk membebaskan wong cilik, melainkan juga untuk membebaskan mereka dari kesadaran palsu, menolak ajaran tauhid. mereka tidak mau beriman. mereka menolak seruan syuaib untuk menghentikan perilaku korupsi dan untuk berdagang secara adil dan etis. bahkan, mereka mengancam syuaib setelah beliau mengimbau mereka untuk minta ampun kepada Allah dan bertobat. mereka tidak percaya bahwa kasih sayang dan cinta Allah tak ada batasnya. mereka tidak percaya bahwa Allah-lah tuhan yang sejati.

tidak berapa lama kemudian, setelah syuaib menarik garis batas yang tegas antara dirinya dan para pembangkang, kemudian setelah syuaib bersama peingkutnya yang dirahmati diselamatkan, bangsa madyan pun dibinasakan. suara keras menghancur-sirnakan negeri madyan, seolah-olah bangsa madyan tidak pernah mendiami negeri tersebut. Allah ternyata menghukum koruptor dengan cara yang begitu seram dan hina, tidak hanya memenjarakan koruptor selama belasan atau puluhan tahun saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam