21/12/11

pendidikan 12


VI. Cara (Metode) Pendidikan dan Pengajaran

oleh: S. Mangunsarkoro

Soal cara (metode) pendidikan, tidak boleh kita anggap mudah, karene bergantung pada metode itulah apa anak nanti bisa mempunyai sifat kreatif atau tidak, bergantung pada metode itu pula nanti anak di kemudiannya suka pada penyeledikan ilmiah atau tidak, bergantung kepada metode itu pula apakah jiwa anak kemudian “mati” sebagai mesin ataukah hidup mampu mencari jalan baru tiap-tiap waktu dalam hidupnya.

Paham metode yang kolot yang kini diartikan sebagai cara memasukkan pengetahuan sebaik-baiknya dengan bersandar huku asosiasi dan apersepsi, karena kurangnya memperhatikan hidup kebulatan jiwa anak, ternyata mematikan jiwa anak dan membikin anak pasif. Hal itu tidak mengherankan, karena metode itu memang bersumber pada paham “ilmu jiwa tiada jiwa” (zielkunde zonder ziel) yang sudah kolot itu. Maka sudah sepantasnyalah bahwa kita mendasarkan metode kita pada aliran-aliran ilmu jiwa modern, yang memandang jiwa sebagai satu bulatan (individual dan gestalt-psychologie). Dengan pandangan itu maka metode pendidikan tidak kita pandang lagi, sebagai jalan memasukkan pengetahuan dalam angan-angan anak saja, melainkan juga jalan memimpin kemajuan pribadi anak dalam fiil hidupnya.

Bagi Indonesia baru kita menghendaki warga negara yang jangan lagi bersifat pasif dan statis serta tidak ada nafsu menghasilkan barang-barang yang baru, tetapi warga negara yang bersifat aktif, dinamis, dan kreatif. Jiwa yang dalam tumbuhnya tertekan oleh macam-macam hal tentu akhirnya tidak bertumbuh menjadi puncak sifat-sifat aktif. Karena itu maka haruslah metode pengajaran kita berdasar kemerdekaan anak untuk bertumbuh dengan bebas dan sebaik-baiknya sesuai dengan dasar kecakapannya. Kemudian dengan mengingati bahwa untuk pembentukan masyarakat kita harus mengingati tercapainya satu masyarakat yang kolektivistis, maka haruslah pula dasar-dasar kerja bersama itu masuk dalam perhatian. Maka baiklah rasanya jika metode itu memasukkan sifat-sifat dan dasar kerja bersama antara anak-anak dan selanjutnya diusahakan pula supaya hubungan sekolah dan masyarakat serapat-rapatnya. Terutama sekolah-sekolah yang berdasar perekonomian dan perusahaan hendaknya dalam organisasinya berupa “werkgemeenschappen” dan dihubungkan dengan badan-badan ekonomi dan perusahaan yang ada, sebagai yang telah kita uraikan di atas.

Mengingati itu semuanya maka metode werkschool itulah yang sebaiknya: metode werkschool yang bersifat psikologis-didaktis untuk sekolah-sekolah yang bersifat umum, dan metode werkschool yang politis-ekonomis untuk sekolah-sekolah teknik dan perusahaan. Dengan jalan demikian itu mudah-mudahan dapatlah kita mewujudkan suatu sistem perguruan yang memenuhi kepentingan bangsa kita yang sebenarnya.

NB: artikel ini diambil dari Dasar Sosiologi dan Kebudayan untuk Pendidikan Indonesia Merdeka, hal. 28-29. Buku ini ditulis oleh S. Mangunsarkoro pada 1950.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam