05/08/11

Jokowi, Teladan yang Baik

SIAPA bilang borjuis tidak populis? Borjuis seringkali lebih populis daripada aktivis gerakan sosial, apalagi borjuis yang membangun usahanya dari nol. Ia mengalami bagaimana susahnya jadi orang kecil. Setelah jadi pengusaha besar, ia membantu orang kecil, bahkan dengan strategi yang lebih visioner dan sistemik. Apabila pengusaha seperti ini memimpin sebuah kecamatan, sebuah kabupaten, sebuah provinsi, atau sebuah negara, sudah pasti wilayah yang ia pimpin akan maju dan berkembang dengan pesat.

Ia mengelola daerahnya sebagaimana ia mengelola korporasi: efektif, efisien, bersih, dan berorientasi pada mutu yang terjamin. Anggaran akan diinvestasikan pada sektor-sektor produktif yang profitable. Dengan demikian, anggaran yang dikeluarkan akan kembali masuk ke kas daerah secara berlipat ganda. Pada gilirannya, keuntungan ini bisa dipergunakan untuk mengatrol nilai Human Development Index (HDI).

Sistem birokrasi akan dipersehat dan diperamping. Kejujuran, kerajinan bekerja, dan pelayanan masyarakat menjadi prioritas utama. Masyarakat sebagai customer pun merasa puas dan memberi umpan balik positif sehingga terjalin komunikasi yang intens antara birokrasi dan masyarakat. Komunikasi ini mempermudah realisasi program-program daerah. Setelah masyarakat merasa puas, sakit hati karena ketakadilan distribusi ekonomi akan semakin terkikis. Keamanan, kenyamanan, dan kentetraman tampak dengan sendirinya.

Prestasi Jokowi

Solo, kota yang amat bersejarah itu, beruntung memiliki wali kota seperti Jokowi, sapaan akrab Joko Widodo. Pada 2005, Jokowi, pengusaha furnitur dan pertamanan, resmi menjabat sebagai wali kota. Dengan semangat kewirausahaannya, ia menggebrak, ia membuat terobosan-terobosan progresif dan populis.

Ia memindahkan hampir 1.000 Pedagang Kaki Lima (PKL) tanpa menggunakan kekerasan. Jokowi hanya menjamu makan mereka, lalu mengajak mereka berunding.

Di tempat relokasi, para pedagang itu, hebatnya, justru memperoleh keuntungan rata-rata empat kali lipat dibandingkan ketika mereka berdagang di tempat lama. Bahkan, seorang pedagang mendapat keuntungan lebih dari 300 juta per bulan; keuntungan yang besar untuk ukuran PKL. Di pasar tempat relokasi, pemerintah mentraining mereka supaya bisa berpikir dan bekerja secara modern.

Jokowi ingin masyarakat Solo lebih memilih belanja di pasar tradisional daripada shopping di mall-mall. Sebab, pondasi ekonomi daerah adalah pasar tradisional berstandar internasional. Pasar modern malah kadang cenderung tidak respect terhadap pengembangan ekonomi daerah.

Investor terbesar adalah para pedagang skala kecil dan menengah, bukan investor asing yang profit-oriented, yang tak ramah kepada rakyat kecil dan budaya  lokal. Jokowi menampik banyak investor yang berambisi membangun mall di Solo. Hanya satu mall yang diizinkan berdiri di Solo, itu pun dengan persyaratan yang ketat dan berat.

Langkah Jokowi tidak salah. Ia mendapat pujian dari berbagai pihak. Rakyat Solo kian mencintainya. United Nation (UN) memintanya mempresentasikan keberhasilannya dalam merelokasi PKL di hadapan para pemimpin dunia.

Jokowi juga berhasil membawa Solo sebagai kota budaya, the spirit of Java. Tahun ini saja, berbagai acara budaya kaliber dunia diselenggarakan di Solo, dari festival batik, festival tari, hingga konferensi anak internasional. Dalam hal ini, Solo telah mengalahkan Yogyakarta.

Padahal, sebelum Jokowi menjabat sebagai wali kota, Solo terkenal sebagai kota yang brutal dan penuh kekerasan. Tak aman. Tak nyaman. Masyarakat Solo yang marah pernah dua kali membakar kantor wali kota, yakni pada 1998 dan 1999. 

Pada malam tahun baru lalu, saya dan kawan-kawan pelesir ke Solo. Kami hampir terlibat perkelahian dengan penduduk setempat. Masyarakat Solo, terlebih anak mudanya, ramai-ramai merayakan tahun baru dengan alkohol, konvoi motor, pisuhan yang kasar, dan beberapa kekerasan. Aparat keamanan dibikin kalang kabut. Termakan situasi, darah saya naik. Kami hampir ditabrak dan menabrak. Untung kami bisa selamat dan pulang kembali ke Yogyakarta dalam keadaan sehat wal afiat.

Kini, meskipun di Solo budaya kekerasan belum benar-benar tuntas, berkat perjuangan Jokowi, Solo telah terdaftar sebagai anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia. Daya jual kota-kota tersebut terletak pada kemampuan mereka mengharmonikan unsur tradisional dan unsur modern dalam tata kota dan tata ekonominya. Kota-kota itu adalah tempat terbaik bagi investasi asing yang sehat dan bijak, juga “rumah” terbaik bagi ekshibisi internasional. Pelestarian dan pengembangan tradisi memang jadi program prioritas pemerintah kota Solo. Solo punya motto: Solo masa depan adalah Solo masa lalu.

Jokowi juga mereformasi layanan publik. Ia membuat sistem jaminan kesehatan bagi orang tak punya. Masyarakat Solo yang berpendapatan rendah menghadapi sakit dengan senyuman. Mereka tak lagi mengkhawatirkan tingginya biaya pengobatan.

Sarana transportasi, sebagai pemulus bisnis, dibenahi oleh Jokowi. Jalan diperbaiki. Armada baru sepur kota disediakan. Angkutan pariwisata, baik trans-solo maupun werkudoro (bus dua tingkat) telah tersedia di Solo. Tampilan trans-solo lebih artistik daripada tampilan trans-jogja. Saya belum mencicip naik trans-solo, tapi semoga service trans-solo lebih memuaskan daripada trans-jogja.

Sebagai wali kota yang visioner, Jokowi memperhatikan pendidikan dan pengembangan teknologi. Ia merancang sistem pembiayaan pendidikan murah, bahkan gratis. Sebagian anggaran dialokasikan dalam bentuk beasiswa pendidikan. Sudah barang tentu, perkara struktural lain yang berkaitan dengan pendidikan juga ikut direformisir. Sebab, problem pendidikan tak sebatas problem finansial belaka.

Solo sekarang punya Solo Techno Park, pusat studi pendidikan dan teknologi bagi masyarakat Solo. Dalam rangka pembangunan ekonomi, Solo Techno Park menghubungkan tiga stakeholder pendidikan: industry, government, dan academic.

Jurus yang dinamakan “Triple-Helix” ini mengubah wajah kurikulum sekolah-sekolah di Solo. Di Solo Techno Park, praktikum atau magang lebih dikedepankan daripada pembelajaran teori semata. Antara praktik dan teori pun seimbang. Lulusan sekolah diajarkan untuk mampu berwiraswasta secara mandiri dan membuka lapangan pekerjaan. Dunia industri juga terbantu. Dengan kurikulum semacam itu, pelaku industri bakal memperoleh tenaga kerja yang cakap, disiplin, berpengalaman kerja matang, dan kreatif. Akhirnya, pemerintah daerah akan menikmati keuntungan terbesar. Investor akan berpikir, Solo adalah tempat penanaman modal yang tepat.

Di bidang administrasi birokrasi, Jokowi bikin inovasi pula. Solo saat ini menerapkan “one stop service”. Permohonan izin usaha atau izin pendirian pembangunan jadi lebih mudah, tak buang-buang waktu, uang, dan tenaga. Di Solo, untuk membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP), hanya butuh waktu satu hari dan uang Rp. 5.000,00, sesuai peraturan daerah. Mulanya, ada lurah dan camat yang tak suka dengan, dan mengaku tak sanggup, menjalankan ide brilian Jokowi ini. Tanpa ragu-ragu, Jokowi memecat mereka. Setelah hambatan “disingkirkan”, ide itu terealisir dengan baik.

Prestasi Jokowi masih banyak. Ia sukses membangun beberapa ruang publik dan ruang terbuka hijau. Baginya, Solo masa depan harus adalah Solo yang kaya akan taman kota, bangunan budaya, dan tempat rekreasi yang cerdas dan memakmurkan. Bahkan, jika bisa, Solo mesti jadi kota yang hutan, green city.

Karena berbagai prestasinya yang inspiratif itu, kementrian dalam negeri telah tiga kali berturut-turut memilihnya sebagai wali kota terbaik seindonesia. Majalah Tempo memilihnya sebagai satu dari sepuluh tokoh 2008. Dompet Dhuafa dan Universitas Negeri Surakarta (UNS) memberi award kepada Jokowi.

Orang Jawa Tengah berharap agar Jokowi maju sebagai Jateng 1. Orang Jakarta, yang telah jengah dengan kemacetan, banjir, kriminalitas, dan pengangguran, mendorongnya untuk mau jadi DKI 1. Orang Indonesia ingin agar Jokowi nyalon sebagai presiden. Tampaknya kita merindukan pemimpin seperti Joko Widodo.

Visi global

Jokowi tidak secara kebetulan meraih segenap prestasi kepemerintahannya. Di belakang itu semua, ada konsepsi pembangunan yang matang, kepiawaian dalam eksekusi program, sistem evaluasi dan audit yang bagus, serta kepercayaan dan dukungan masyarakat.

Jokowi, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, adalah pengusaha furnitur dan pertamanan yang sukses. Untuk menjajakan produknya, Jokowi kerap melanglang buana. Ia menyaksikan dan menilai tata ekonomi kota-kota di dunia.

Endapan pengalaman ini menjadikannya sebagai pemimpin yang bervisi global. Pemerintah Solo harus mampu memberi pelayanan berstandar internasional. Kota Solo harus jadi kota kosmopolit, begitu pula cara berpikir masyarakatnya. Solo harus paling kurang sejajar dengan Paris, Tokyo, Shanghai, Istambul, dan seterusnya, baik dalam hal sarana-prasarana, pendidikan, kesehatan, manajemen pemerintahan, hukum, dan kalau bisa, tingkat pertumbuhan-pemerataan ekonomi.

Bisa jadi, visi Jokowi malah lebih kosmopolit ketimbang Herry Zudianto atau Fauzi Bowo. Mengamati tata kotanya, sarana-prasarana Yogyakarta tidak cukup ramah terhadap orang asing. Kemacetan jadi hal yang rutin, apalagi saat weekend. Jakarta, kita tahu, adalah provinsi yang ruwet, semrawut, dan kemrungsung. Ringkasnya, siapa pun akan tidak kerasan tinggal di Jakarta.

Bekerja dengan hati

Memimpin sebuah kota tidak semudah membalik telapak tangan. Untuk menerbas berbagai rintangan yang menghadang, seorang pemimpin perlu punya jiwa yang sehat dan prima. Selain mereformasi sistem, pemimpin juga dituntut untuk mereformasi budaya. Yang kedua jauh lebih sulit dan melelahkan daripada yang pertama. Tanpa perubahan budaya, sistem tak akan berubah.

Pemimpin yang jiwanya sakit atau setengah sakit, cepat patah asa dan tergoda. Alhasil, budaya tak akan membaik, selanjutnya, sistem justru akan semakin korup dan bangkrut.

Jokowi berhasil membangun sistem yang baik, artinya, berhasil pula membangun budaya yang baik. Apa rahasia keberhasilannya? Jokowi memanusiakan manusia, ngewongke wong cilik. Sebagai pemimpin, ia bekerja dengan hati. Saya yakin, para penyair sepakat bahwa hati adalah sumber mukjizat. Pemimpin yang bekerja dengan hati, tak ragu lagi, adalah pemimpin yang berjiwa sehat.

agustus 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam