22/03/11

bunga randu gugat

RINGKIH  benar bunga randu pemalu yangg harum itu. Angin tipis merampasnya dari ibunya, melarikannya meliuki ribuan pohonan, menjatuhkannya sempoyongan di genangan air keruh di jalanan kampung. Orang, motor, mobil, atau sepeda kecil anak-anak yang lalu-lalang di jalanan itu, dengan suka rela dan tanpa rasa salah, silih berganti melindasi dan menginjaki si bunga randu.

"Harus sebegini kejamkah kehidupan itu?" gugatnya lemah dalam diam dan pasrah.  Ia sudah tak memiliki sedikitpun daya untuk melawan angin, orang, motor, mobil, atau sepeda kecil anak-anak. Ia tak dapat lagi melihat renyut tubuhnya. Napas telah lepas.

"Ya," jawabku "kehidupan harus kejam. Sebab kehidupan yang ringan, ria, dan tanpa halang rintang, tak akan pernah pantas didongeng-renungkan. Bila hidup manis-manis melulu, tak mungkin kita berakal berhati.”

“Oh, lalu aku harus bagaimana? Tegak dan tegap membiarkan begitu saja potongan-potongan tubuhku yang berserakan dicincangpisahkan waktu? Mustahil datang mukjizat, mustahil!”

“Kau indah sebetulnya. Ketika ibu masih menggendong dan menyusuimu, kau penuh pesona. Tikus saja memuji sempurna cantik tubuhmu. Tapi kini indahmu sirna sudah. Angin tipis yang merampasmu itu sungguh hilang jiwa. Dan kau harus bagaimana? Betapa disayangkan, aku orang miskin yang kaya bisu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam