14/03/11

Kenal



Perkenalkan, namaku kutuk. Aku terlahir tanpawajah. Aku tinggal di kampung kampang, tempat di mana aku menyusu pada susah dan bermain-main bersama malam.  Sukaria nama ibuku. Ia membuangku di simpang nanah beberapa jam setelah aku keluar dari rahimnya. Seorang pelacur, bernama dukalara, menemukan aku yang lapar kasih dan haus sayang. Ia mengangkatku sebagai anak. Pelacur itu tinggal di jalan luka, di sebuah rumah batu yang terlalu pucat. Di belakang rumah itu, tepat di kiri perigi yang selalu kering, tumbuh sepohon beringin. Umurnya setua tanah yang lelah. Ranting-rantingnya kering. Daunnya berwarna gelam. Di dahannya yang lapuk, kalong-kalong bergelantungan memburiti langit. ibu angkatku begitu murah tubuh dan murah hati. Tiap pagi, ketika matahari tenggelam, ia membolehkanku menghisap payudaranya yang berisi bisa. Lalu aku tidur tengkurap, lelap dalam gelap mimpi-mimpi petaka. Suatu kali, aku bermimpi jatuh dalam gendongan jerangkong. Kali lain, aku bermimpi terjepit ketiak wewe gombel. Pernah pula, pada sebuah mimpi, banaspati menginjak tubuhku sampai remuk. Saat ini usiaku 25, namun aku belum juga berjumpa cinta, wanita titisan mawar putih, calon permaisuri kerajaan nestapaku.


jogja, 14 maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam