10/07/12

guru


Dulu saya mengira bahwa unen-unen ing ngarso sun tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani hanya mengandung satu macam falsafah kepemimpinan. Pemimpin punya sekaligus tiga posisi dan tiga tugas yang menyertai posisi-posisi itu: di depan memberi teladan baik, di tengah memberi motivasi, dan di belakang mengawasi sambil membimbing seperlunya (prinsip among).

Setelah saya amati lagi, pemimpin dalam unen-unen ini dibagi menjadi tiga macam: a) pemimpin yang di depan, yaitu pemimpin struktural, melaksanakan tugas-tugas manajerial sehari-hari dengan profesional; b) pemimpin yang di tengah, yaitu pemimpin yang menengahi, moderator, mediator; berfungsi pula sebagai arbitrator ketika konflik internal ataupun eskternal terjadi, serta bertugas mendorong dan memulihkan semangat juang para anggota organisasi; dan c) pemimpin yang di belakang, memantau, mengawasi, dan membimbing arah perjalanan kehidupan sebuah organisasi; sifatnya spiritual.

Tiap orang boleh memilih tempat mana yang ia sukai menurut kodrat dan kecenderungannya masing-masing. Sebab, tidak semua orang mempunyai dalam dirinya kualitas untuk berada secara maksimal sekaligus dalam tiga posisi: di depan, di tengah, dan di belakang. Bila sebuah organisasi atau komunitas memiliki tiga macam pemimpin ini, dan ketiganya dapat bekerjasma secara sinergis, dialektis, dan selaras, maka organisasi itu, sangat dapat dipastikan akan mencapai taraf kemajuan yang diharapkan dan akan mampu memberi manfaat besar terhadap perkembangan masyarakat.

Akan tetapi, guru berbeda dengan pemimpin. Merupakan kewajiban tersendiri bagi guru untuk menumbuhkan dan mengembangkan tiga kualitas kepemimpinan tersebut dalam dirinya, meskipun pada kodratnya ia misalnya adalah orang belakang saja, atau orang tengah saja, atau orang depan saja. Tugas ini bukan tugas mudah tentunya. Ia memerlukan latihan intelektual, rohani, dan praktis yang panjang, ketat, dan berat.

Saya, sebagai orang yang berkodrat dan berkecenderungan merasa lebih nyaman, lebih hidup, dan lebih ayem (confort zone) berada di belakang, mulai sekarang harus berlatih berdiri di depan dan di tengah. Di depan saya memberi teladan baik, ing ngarso sun tulodo; di tengah saya membangunkan semangat, memupuk spirit, dan menebalkan iman (perjuangan) orang-orang di sekitar saya, ing madyo mangun karso. Semoga saya mampu melakukannya dengan baik. Dan semoga Gusti Allah membimbing saya selalu. Amin.

Yogyakarta, Selasa Kliwon, 10 Juli 2012 M/20 Sya’ban 1433 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam