12/07/12

sebatas sehembus nafas



: sebuah surat jalan

kereta kuda, pada rembang ini, sudah terjaga. menunggu sais dan penumpangnya di halaman rumah. dua lelaki yang hampir sama cahaya mata, warna wajah, dan cara berjalannya menaiki kereta dengan kegugupan yang tak dapat disembunyikan, bahkan dari amatan kanak-kanak. lelaki pertama, yang sebagian rambutnya telah pudar hitamnya, duduk di bangku depan, mengambil cambuk sambil sepintas lalu memeriksa sekujur tubuh kuda dengan matanya yang telah mulai layu. lelaki kedua, yang masih kencang kulitnya, kekar badannya, dan berkobar-kobar tatapannya, menghempaskan diri di bangku belakang.

ananda, tahukah kau, akan sepanjang apa perjalanan ini?

ah, kenapa pula aku bertanya begitu padamu. terang kau tak tahu. ini perjalanan perdanamu, dan satu-satunya perjalananku. ananda, perjalanan ini akan sangat panjang, jauh lebih panjang dari perjalanan yang harus ditempuh oleh matahari seumur hidupnya. jauh lebih panjang.

ramanda, aku dan kau manusia saja, bukan matahari. mana mungkin umur kita mengalahkan umur matahari.

jangan terburu-buru mengambil kesimpulan pasti, ananda. jangan terlalu patuh terhadap akalmu. sekali-kali berpikirlah dengan rasa. percayalah padaku. perjalanan ini akan sangat panjang, jauh lebih panjang daripada umur matahari. perjalanan ini, ananda, akan sepanjang sepenghirupan nafas, atau sepenghembusan nafas, tidak lebih lama ketimbang waktu yang kaubutuhkan untuk menulis huruf alif pada telapak tanganmu.

ramanda, aku bukan anak kecil lagi. kupingku yang sudah terlatih mendengar bising kota besar ini tak bisa menampung bualanmu. simpan saja dongengmu untuk cucumu kelak.

ananda, benar dugaanku. kau tak tahu. tak tahu akan sepanjang apa perjalanan ini.

ramanda, lagi-lagi kau menduga-duga. hidupmu terus-menerus dituntun oleh dugaan-dugaan, menggelinding dari dugaan yang satu ke dugaan yang lain. menurutmu, dugaanmu benar belaka. menurutku, dugaan, saudara kembar dusta itu, tak pernah benar. aku tahu ramanda, akan sepanjang apa perjalanan ini. perjalanan ini akan sepanjang ini: sepanjang ujung kerisku yang sebentar lagi akan terhujam di lambungmu.

sang kuda, yang dari tadi berdiri tenang, tiba-tiba meringkik keras. diangkatnya dua kaki depannya. dihentak-hentakkannya tubuhnya sehingga kereta pun bergoncang-goncang. setelah goncangan kereta reda, dan sang kuda kembali jinak, tampaklah sesosok lelaki muda yang turun dari kereta, berjalan entah ke mana, pergi menjauh dari rumah.

si sais masih duduk di bangku depan. cambuk baru saja terlepas dari genggamannya. tangannya mengusap-usap perutnya yang berdarah, dan didekatkannya tangannya yang berlumur darah itu ke hidungnya.

benar dugaanku. darah lebih wangi daripada bunga paling wangi. ananda, kau boleh menyalahkan dugaanku. kau juga boleh tak percaya dengan kata-kataku. tapi ananda, sejak dulu aku tahu, perjalanan ini akan sangat panjang, jauh lebih panjang daripada umur matahari, sepanjang sepenghirupan nafas, atau sepenghembusan nafas. begitu panjang. begitu singkat.

apakah kau mendengar hening yang gugur sehabis hembusan nafas si sais itu?

yogyakarta, 17 mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam