10/07/12

krisis II


I

Yang tak merasa resah dan gelisah mengalami kondisi sekarang ini ketika moral telah diabaikan, boleh jadi dia sudah menyumpal mulut perasaannya sendiri sehingga suara nurani tidak lagi didengarnya; boleh jadi pula, di luar kesadarannya dia sudah membunuh perasaannya pelan-pelan sehingga perasaannya itu tidak menghidupi seluruh tingkal lakunya lagi. Gerak dan arah hidupnya dikendalikan oleh sesuatu mahakuasa yang berada di luar dirinya. Dia sudah menjadi budak, tak mampu mengatur hidupnya sendiri. Dia yang tak mampu mengatur hidupnya ini tampaknya semakin lama semakin banyak jumlahnya. Itu tandanya, semakin lama moral akan semakin lebih diabaikan lagi.

Saya tidak tega menyebutnya sebagai manusia yang tak punya perasaan. Terus terang, saya justru kasihan dengannya. Dan apakah perasaan saya lebih terjaga dibanding perasaan dia, saya pun tak tahu dengan jelas. Yang jelas, saya tidak sanggup bertahan menjaga perasaan, lemah dalam menjaga kebeningan hati. Mungkin nanti, kami akan bertukar peran, dia jadi saya, saya jadi dia. Mungkin pula, ketika saya berperan sebagai dia, saya akan menjadi antagonis yang lebih rahwana daripada dia.


II

Yang tak merasa puyeng dan pening menghayati kondisi sekarang ketika berpikir jernih digantikan oleh berpikir cepat, dia mungkin sudah kurang maksimal dalam menggunakan akal pikirannya. Mungkin juga, dia lebih merasa enteng-hidup apabila bertindak dengan pemikiran yang cetek dan pendek, tanpa ambil pusing dengan kriteria kesinambungan sejarah dan keselarasan sosial.

Atau, dia lebih suka mendelegasikan tugas berpikirnya kepada orang lain yang sudah punya banyak pengalaman dan ilmu serta pintar menyusun kata-kata indah nan bertenaga. Kepadanyalah dia minta nasihat yang sejujurnya hanya dia kehendaki sebagai pembenar kesalahan dan dosanya. Sebab itu, nasihat itu lantas direlativisir olehnya sendiri. Maka alurnya: aku ogah berpikir sehat, nanti aku hanya akan melihat kedurjanaanku sendiri à untuk itu, aku minta nasihat orang lain saja, siapa tahu dia membenarkan, minimal mengampuni dan memaklumi, kesalahanku à asu, dia seolah-olah bilang aku ini calon penduduk neraka. Sudah dihormati, malah menghina. Sudah ditinggikan, malah merendahkan. Tak tahu balas budi. Nasihat munyuk seperti dia tak perlu dijalankan, tak perlu masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Kata-katanya yang sok filosofis itu tak usah dimasukkan ke kuping. Bikin perih hati saja. Jadi sebenarnya, dia masih (bisa) berpikir, sekadar untuk membenarkan diri dan menyalahkan orang lain mati-matian.

Saya tak sampai hati menduhnya sebagai orang yang tak punya otak, toh dia masih berpikir. Sangat bisa terjadi, apabila saya dihadapkan dengan masalah yang mengancam keselamatan jiwa dan raga saya, saya akan menyalahfungsikan otak saya, atau mematifungsikannya dan menuruti dorongan naluri kesetanan saya untuk menyelamatkan diri sendiri dan melupakan orang lain, meskipun orang lain itu tak lain ialah ibu, bapak, istri, anak, sahabat saya. Mata saya adalah mata manusia biasa yang tak punya daya linuwih apa pun untuk membaca lakon apa yang akan dipentaskan di balik tabir waktu. Masa depan selalu terbuka bagi segala kemungkinan: kemungkinan gelap, kemungkinan terang, serta ko-eksistensi atau sintesis antarkeduanya.


III

Tapi sebagai manusia yang tak selalu dan tak sepenuhnya berperasaan dan berpikir, saya merasakan kegelisahan dan keresahan yang memprovokasi saya untuk menjatuhkan penilaian bahwa kondisi sekarang memang telah kelewat batas. Bahkan lebih buruk dari itu, segala batas yang berorientasi positif sepertinya telah dirobohkan seenak perut seenak kelamin.

Saya tak hendak hanyut dalam romantisisme, tapi saya tak bisa menyangkal bahwa kita sedang mengalami krisis parah. Saking parahnya, sebagian besar dari kita tak sadar bahwa kita sedang berada pada titik nadir paling bawah (inikah yang dinamakan balak?).

Betulkah itu? Mintalah jawabnya kepada perasaan dan akal pikiran Anda.

Yogyakarta, 19 juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam