01/10/10

Hindari Mimpikan Mimpi!

Mentalitas anak muda adalah mentalitas para pemimpi. Maka anak muda akan menjelma menjadi seorang pahlawan yang terlalu pulas tidur, tak bangun-bangun hingga matahari memuncak, dan ia dikutuk sebagai pahlawan kesiangan karena bangun setelah matahari terpeleset ke barat, setelah pesta dan pasar malam bubar. Di antara mereka, ada yang bermimpi mau jadi profesor, ada yang bermimpi mau jadi pengusaha besar, ada yang bermimpi mau jadi sastrawan, ada yang bermimpi mau jadi pemimpin besar.

Mereka bermimpi yang serba besar, tapi di saat itu juga, mereka melupakan kehadirannya yang sungguh-sungguh pada saat ini. Mereka lupa bahwa mimpi adalah mimpi, sebuah peristiwa di masa depan yang belum tentu terjadi. Mereka lupa kalau kehidupan adalah suatu enigma, kecampuradukkan, kesilangsengkarutan, kompleksitas rumit dengan banyak jejaring yang lengket ke sana, lengket ke sini. Kehidupan, yang di dalamnya mereka bermimpi, adalah hal yang tidak tunggal, tidak sehomogen dan sesederhana yang mereka pikirkan.

Akan tetapi, ketidaktunggalan kehidupan itu, bukan alasan bagi kita untuk cepat-cepat menjadi seorang pesimis, pemurung, dan penyedih, lalu melihat dunia melulu dari kacamata hitam yang gelita. Ketidaktunggalan hidup adalah isyarat gerak, dan petunjuk kerja.

Sebab hidup tidak tunggal, dan masalah dapat tiba-tiba menerjang dari arah mana saja kapan saja, dan masa depan adalah kemusykilan yang tak teramal, kita harus menyiapkan diri sesigap mungkin. Elan hidup perlu kita tiup-tiupkan tiap jantung berdetak. Dan oleh sebab itu, kita butuh merawat mimpi, yang besar, yang sedang, yang kecil, yang gigantis mupun yang kurcaci. Merawat mimpi bukan saja adalah ekspresi fantasi, tapi ia lebih merupakan ekspresi praktis. Merawat mimpi adalah peta langkah, isyarat gerak, atau petunjuk kerja. Bermimpi adalah melangkah, bergerak, bekerja. Semakin tinggi mimpi, semakin tinggi etos kerja.

Di sini mimpi tidak lagi muncul sebagai suatu peristiwa yang akan terjadi di masa depan, yang eksistensinya tak pernah bisa dipastikan. Mimpi adalah peristiwa saat ini. Mimpi adalah apa yang kita lihat, dengar, pikir, rasa, dan kerjakan saat ini.
Bermimpi surga akhirat adalah beramal semaksimal mungkin saat ini. Bermimpi revolusi adalah bekerja merubah mindset orang-orang di sekililing kita dan bekerja secapai-capainya memperbaiki apa yang terlihat dan terpajang di hadapan pandang kita sekarang ini.

Seorang yang bermimpi menjadi hero, berarti ia sedang menjadi hero. Seorang yang bermimpi menjadi pemimpin besar, berarti ia sedang menjadi pemimpin besar. Seorang yang bermimpi menjadi profesor, berarti ia sedang menjadi profesor. Seorang yang bermimpi menjadi miliuner, berarti ia sedang menjadi miliuner. Seorang yang bermimpi menjadi sastrawan, berarti ia sedang menjadi sastrawan, berarti ia adalah sastrawan. Kebahagiaan dan mimpi-mimpi indah tidak merupakan perkara yang jauh, tapi ia sangat dekat dengan diri kita, sedekat urat leher kita sendiri, sedekat urat nadi kita sendiri.

Seperti tuhan mimpi bukan sesuatu yang jauh. Tuhan sangat dekat, sedekat urat leher kita sendiri, bahkan tuhan ada dalam diri kita sendiri. Man ‘arofa nafsah, faqod ‘arofallah.

Bermimpi dan bertuhan tidak bisa dipahami dengan logika linear, logika yang memburu dan mengharap matahari esok. Diperlukan logika siklikal untuk mencapai mimpi-mimpi kita, untuk mencapai tuhan kita, yang keduanya hadir, benar-benar hadir dalam diri kita sendiri. Matahari tidak akan hadir esok hari, tapi matahari sedang hadir kini bersama kita, dalam diri kita sendiri. Labbaik allahumma labbaik. Bangun, bermimpi, lantas membeliak dan menggeliatlah bersama matahari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam