01/10/10

Usai Bencana, Damai Bertandang


Bencana, yang alami ataupun rekayasa, adalah metode paling ces pleng untuk meresolusi konflik, khususnya konflik besar yang mencuat karena faktor ekonomi.
Bencana atom Hiroshima-Nagasaki meredakan Perang Pasifik. Konon Perang Pasifik meletus lebih karena soal kelangkaan ekonomi daripada perkara ideologi atau rasial. Pengangguran yang melimpah sebelum dan ketika Perang Pasifik, tersedot dalam program rekonstruksi Hiroshima-Nagasaki. Suasana Jepang pun tentram.
Kita bisa pula melihat tsunami Aceh-Nias dari kacamata ini. Tsunami 2004 rupanya menjadi pondasi resolusi konflik Aceh-NKRI.
Kesenjangan ekonomi mendorong geriliyawan GAM ngokang senjata. Pembangunan Aceh dan Jakarta tak seimbang. Kemiskinan menyelimuti bumi Serambi Mekkah. Sekolah minim. Pelayanan kesehatan dan mata pencaharian, sukar didapat. Penduduk Aceh berposisi sebagai warga kelas dua dalam hal pembangunan.
Alam mendengar tangisan penduduk aceh. Pagi 26 Desember 2004, gempa bumi dan tsunami datang. Aceh luluh-lantak. Bangunan porak-poranda. Jalan rusak. Jembatan ambles. Populasi menipis.
Tak hanya pemerintah Indonesia, bahkan kini dunia memperhatikan Aceh. Bala bantuan membanjiri Aceh. Ekonomi pun tak seret lagi. Program rekonstruksi menawarkan banyak lapangan kerja. Pengangguran terserap. Aceh bangkit secara mental dan ekonomi. Pembangunan digalakkan. Pendidikan ditingkatkan. Kesehatan diprioritaskan.
GAM dan NKRI pun berdamai. Konflik, sedikit demi sedikit, mulai mereda. Suasana Aceh sekarang lebih tentram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam