05/01/11

Adalah Penyair, Adalah Syair

Ada penyair elit. Ada penyair populis. Ada penyair tanggung-tanggung: setengah elit, setengah populis. Ada penyair kadang-kadang: sesekali elit, sesekali populis, tergantung situasi dan kebutuhan. Ada penyair multispasial: diterima kalangan elit, disambut kalangan populis; ciri multispasialnya sering bikin ia sial, di hajar di sana, dikemplang di sini, ditimpuk di sana, digebuk di sini. Ada penyair bingung: harus mengambil posisi mana, pandangan mana, sikap mana. Ada penyair ngalir: sekadar mengikuti angin dan menuruti arus, menolak pendefinisian dan klasifikasi, dan merdeka menyajak sesuka hati, bebas menguas kertas tanpa mau batas.

Namun saya tak mau jadi penyair seperti mereka. Saya hanya ingin menjadi sahabat makna dan kawan kata, kekasih kertas dan pacar tinta. Saya tak mau jadi penyair merdeka, kerena merdeka pangkal celaka. Saya enggan jadi penyair bebas, karena bebas adalah asal cemas. Saya hanya ingin jadi penyair yang pandai mengungkap rasa, menyingkap rahasia, dan mengekspresikan isi jiwa: jiwa pribadi, jiwa masyarakat, jiwa zaman.

Orang bilang penyair mesti eksentrik. Tidak. Penyair bukan eksentrikus. Ia orang sederhana saja yang berjalan dengan kefakiran dan kekafiran. Ia melayangi dan melayani hidup secara apa adanya. Ia buang sanjungan, dan menidak kurungan.
Penyair mengurai sengkarut hidup secara jujur, tanpa gugup, dengan huruf yang selalu tersenyum tulus. Ia bisa bicara tentang sedih, tapi ia tak akan tergigit tangis dan tercabik sakit. Ia bisa berkelakar tentang bahagia, tapi ia menghindar dari mabuk kepayang dan menghayal di atas awan.

Apa penyair akan melawan? Iya, ia akan melawan, namun tidak waton nglawan. Penyair melawan siapa? ia tidak melawan siapa-siapa. Penyair melawan apa, alpa, lupa, dan papa. Sebab menyair tidak sama dengan membunuh, menusuk, menghunus. Syair adalah nafas kehidupan, air kedamaian, sinar persahabatan, cahaya cinta.

Memang kematian mengilhami banyak penyair. dan banyak pula penyair yang siap mati. Tetapi mereka bukan sekte setan pemuja kematian dan kegelapan. Mereka menghargai kehidupan. Mereka mencita dan mencipta kehidupan. Mereka mengimajikan bintang, bulan, dan matahari. Mereka menyulut lampu ketika malam. Mereka menggenggam lilin di tangan kiri dan memegang pena di tangan kanan.

Penyair:
Ada yang lebih mulia dan terhormat
selain penyair?
Selain penyair,
ada yang lebih terhina dan terinjak?

Penyair adalah empedu dan madu.
Penyair adalah air mata dan mata air.
Penyair adalah sahara dan samudera.

Syair adalah laknat dan nikmat.
Syair adalah getih dan benih.
Syair adalah taji dan jati.
Syair adalah tahi dan hati.
Syair adalah maut dan hidup.



Ditulis di wisma tan panama, 3 januari 2011, sehabis mandi sesudah tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam