08/01/11

bahkan malin kundang rindu ibunya

Senetral apapun I. Kant memberi landasan rasional pada negara hukum demokrasi, atau setabah apapun J. Habermas mempertahankan dan memugar bangunan-bangunannya di tengah perubahan sejarah dan serangan relativisme faktis, nasion-state masih saja bisa dimanipulasi sedemikian rupa oleh penciptanya: manusia. Sutradra drama Gayus berhasil mengelak dan bahkan lihai mempermainkan hukum sesukanya. Ketika hukum telah demikian mudah diperjualbelikan, apalagi yang dapat menyangga tegaknya negara?

Di lain sisi, juga tak ada jaminan bahwa Uni Eropa atau komunitas ekonomi Asia yang sedang akan berdiri dapat menggantikan fungsi negara hukum demokrasi, terutama dalam penyelenggaraan keadilan menyeluruh. Padahal mereka sedang melontarkan kelaparan dan kehausan masing-masing.

Pada akhirnya kita terpaksa realistis, semua kembali kepada manusia, dan manusia bukan makhluk tanpa salah dan dosa. Selama prinsip peradaban masih dikonstitusi oleh manusia, barangkali selama itu pula kita akan tetap jauh dari “cita-cita” perdamaian universal, apalagi “utopia” demokrasi.

Lalu siapa berhak memformulasi prinsip peradaban agar manusia tak jatuh dalam kegelapan yang itu-itu melulu? Di mana dan dari mana kita peroleh intisari formulasi tersebut? manusia pasti memiliki kemampuan kodrati menjawab pertanyaan super pelik ini.

bunga matahari tumbuh mengarah ke matahari. Bahkan malin kundang rindu ibunya. Sudah waktunya bagi Dante dan Goethe duduk bersama dalam sebuah perjamuan. Dan seperti dalam salah satu sajak Iqbal, di perjamuan itu semestinya mereka berdua akan serempak berucap: “Kita adalah dua lagu dari satu melodi, kita saling memiliki, kita dilahirkan bersama; mari kita bersama lagi”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam