10/07/11

hafis


Air mata saya nyaris tumpah ketika menyaksikan puluhan santri Pondok Pesantren Krapyak diwisuda setelah berhasil menghapal al-Qur’an. Apa yang mereka kerjakan sungguh-sungguh mulia. Mereka layak diberi penghormatan, penghargaan, dan sanjungan istimewa. Ucapan terima kasih yang paling tulus, dalam, dan jujur pantas diberikan kepada mereka.

Butuh pengorbanan dan kesabaran tingkat tinggi untuk menghapal al-Qur’an. Proses menghapal al-Qur’an, entah berjangka waktu pendek atau panjang, tentu merupakan kawah candradimuka, suatu kondisi yang telah membeningmatangkan jiwa mereka. Jika jenjang-jenjang ujian kehidupan berikutnya mampu mereka lewati dengan seimbang, para penghapal al-Qur’an akan menjadi teratai yang bakal memberi keindahan di tengah kekeruhan dan kekotoran.

Bila niat mereka menghapal al-Qur’an benar dan lurus, maka mereka adalah calon pemimpin sejati: manusia adil yang melihat dengan mata batin dan mata lahir, manusia yang tahu diri, tahu waktu, dan tahu tempat. Tetapi sebaliknya, bila sedari awal niat mereka sudah salah dan bengkok, bukan tidak mungkin keberhasilan mereka menjelma sebagai sebuah golok yang menggorok leher kehidupan. Semoga mereka imun dan aman dari niat yang salah dan bengkok. Semoga mereka senantiasa dijaga dari kedurhakaan dan menjaga kita dari kesombongan.

Salam sejahtera untuk para penghapal al-Qur’an. Semoga kita kelak dikumpulkan di bawah pohon yang rindang agar kita tak dijilat sengat matahari. Amin.


Jogja, 11 Juli 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon hanya memberi komentar berupa kritik yang membangun. dimohon pula untuk memberi komentar yang tidak melecehkan nama baik pihak tertentu. salam